What is stress? it's a the gap between our expectation and reality. More the gap, more the stress. So expect nothing and accept everything
Stres adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Setiap orang, dalam berbagai tahap kehidupannya, pasti pernah mengalami stres dalam berbagai bentuk—mulai dari tekanan pekerjaan, masalah keluarga, keuangan, hingga hubungan sosial. Namun, pernahkah kita berpikir apa sebenarnya yang menyebabkan stres?
Jika kita telaah lebih dalam, stres sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh tekanan dari luar, tetapi lebih kepada bagaimana kita memproses dan bereaksi terhadap situasi tersebut. Stres adalah jarak antara ekspektasi dan realitas. Semakin besar perbedaan antara apa yang kita harapkan dan apa yang benar-benar terjadi, semakin besar stres yang kita rasakan.
Sebagai contoh, seseorang yang berharap mendapatkan promosi dalam pekerjaannya tetapi kenyataannya justru diabaikan akan merasa kecewa dan stres. Begitu juga dengan seseorang yang berharap hubungannya berjalan mulus, tetapi justru menghadapi banyak pertengkaran. Saat ekspektasi kita tidak terpenuhi, stres mulai muncul.
Mengapa Ekspektasi Bisa Menjadi Sumber Stres?
Ekspektasi adalah harapan atau standar yang kita tetapkan untuk diri sendiri dan orang lain. Kita berharap mendapatkan hasil yang sesuai dengan usaha kita, berharap orang lain memperlakukan kita dengan baik, atau berharap hidup berjalan sesuai dengan rencana kita. Namun, kenyataannya, hidup sering kali tidak sesuai dengan ekspektasi.
Ada beberapa alasan mengapa ekspektasi bisa menjadi sumber stres:
Ekspektasi yang Tidak Realistis
- Banyak dari kita menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi atau tidak realistis terhadap diri sendiri maupun orang lain. Ketika realitas tidak berjalan sesuai keinginan, kita merasa frustrasi dan stres.
Ketidakpastian dalam Hidup
- Dunia ini penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang bisa memastikan bahwa segalanya akan berjalan sesuai rencana kita. Ketika kita terlalu bergantung pada ekspektasi tertentu, kita menjadi lebih mudah kecewa.
Perbandingan Sosial
- Media sosial sering kali membuat kita membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Kita berharap memiliki kehidupan seperti mereka tanpa mengetahui perjuangan yang sebenarnya mereka lalui. Akibatnya, ekspektasi kita semakin tinggi dan semakin sulit untuk puas dengan apa yang kita miliki.
Keinginan untuk Mengontrol Segalanya
- Banyak orang merasa bahwa mereka bisa dan harus mengendalikan setiap aspek dalam hidup mereka. Namun, kenyataannya, banyak hal yang di luar kendali kita. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, kita merasa kehilangan kendali dan stres meningkat.
Semakin Besar Jaraknya, Semakin Besar Stresnya
Bayangkan sebuah jembatan yang menghubungkan ekspektasi dengan realita. Semakin jauh jarak antara keduanya, semakin besar usaha yang kita perlukan untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Namun, jika jaraknya terlalu besar, kita akan merasa terjebak dalam ketidakpuasan dan stres yang terus-menerus.
Misalnya, seseorang yang bercita-cita menjadi sukses di usia muda tetapi menghadapi kenyataan bahwa perjalanannya lebih sulit dari yang dibayangkan akan merasakan tekanan yang sangat besar. Jika dia tidak mampu menerima kenyataan dan terus berfokus pada ekspektasinya yang belum terpenuhi, stres akan semakin menguasai hidupnya.
Bagaimana Mengurangi Stres?
Karena stres berasal dari perbedaan antara ekspektasi dan kenyataan, maka cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi ekspektasi dan meningkatkan penerimaan terhadap kenyataan.
1. Kurangi Ekspektasi, Tingkatkan Penerimaan
Alih-alih berharap hidup selalu berjalan sesuai keinginan, belajarlah untuk menerima bahwa tidak semua hal bisa kita kendalikan. Semakin sedikit ekspektasi yang kita tetapkan, semakin kecil kemungkinan kita merasa kecewa.
2. Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Banyak orang stres karena mereka terlalu fokus pada hasil akhir tanpa menikmati prosesnya. Jika kita belajar untuk menikmati perjalanan, maka keberhasilan atau kegagalan tidak akan terlalu membebani pikiran kita.
3. Berlatih Bersyukur
Ketika kita terus berfokus pada apa yang kurang dalam hidup kita, kita akan merasa terbebani dan tidak pernah puas. Sebaliknya, dengan bersyukur atas apa yang sudah kita miliki, kita bisa lebih bahagia dan mengurangi stres.
4. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Setiap orang memiliki perjalanan hidupnya sendiri. Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan meningkatkan ekspektasi yang tidak perlu dan menambah tekanan pada diri sendiri.
5. Kelola Pikiran dan Emosi
Meditasi, olahraga, atau sekadar menghabiskan waktu dengan hobi bisa membantu kita mengelola stres dengan lebih baik. Ketika pikiran kita lebih tenang, kita lebih mudah menerima kenyataan tanpa merasa terlalu terbebani.
Kesimpulan: Harapkan Lebih Sedikit, Terima Lebih Banyak
Stres adalah hasil dari perbedaan antara apa yang kita harapkan dan apa yang kita dapatkan. Semakin besar perbedaannya, semakin besar pula stres yang kita rasakan. Oleh karena itu, mengurangi ekspektasi dan meningkatkan penerimaan terhadap kenyataan adalah kunci untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia.
Jangan berharap terlalu banyak, jangan mengandalkan sesuatu yang belum tentu terjadi, dan jangan takut menerima kenyataan. Ketika kita bisa menerima hidup apa adanya, stres akan berkurang, dan kebahagiaan akan lebih mudah kita rasakan.