Seorang guru harusnya mengajar bukan menghajar.
Guru harusnya memotivasi, bukan demotivasi.
Karena guru memegang peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Sehingga guru bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing, serta melatih dan mengevaluasi.
Namun ada beberapa guru yang justru bersikap semena-mena sehingga tidak layak dijadikan panutan, yang dikenal dengan istilah toxic teacher.
‘toxic’ merupakan kata dalam Bahasa Inggris yang berarti ‘racun’ Selain itu, ‘toxic’ juga memiliki makna ‘mengandung atau menjadi bahan beracun yang mematikan’, ‘sangat berbahaya’, ‘sangat menyakitkan’.
Dalam bahasa gaul, ‘toxic’ merujuk pada sifat atau perbuatan yang mengganggu atau merugikan orang lain. Memiliki makna yang negatif, kata ‘toxic’ ini biasanya disematkan pada hubungan antar individu, kelompok, atau komunitas.
Ciri-ciri toxic teacher cenderung galak, sehingga akan muncul perasaan takut pada siswa ketika berhadapan dengan guru yang terkenal galak di sekolah.
Hal ini membuat siswa menjadi was-was dan belajar di tengah rasa takut, layaknya sipir penjara.
Ciri berikutnya adalah guru yang suka menghukum siswa secara berlebihan. Padahal seorang guru selain belajar akademis, siswa juga perlu belajar mengenai kehidupan sosial.
Ada baiknya guru berlaku seimbang, dimana guru menjalankan sistem penghargaan dan pujian. Jika siswa berhasil berprestasi, maka dia berhak menerima pujian. Dan jika melakukan kesalahan maka perlu mendapat hukuman, namun bukan memberi hukuman berlebihan.
Saat menghukum, toxic teacher sebenarnya hanya ingin melampiaskan emosinya, bukan benar-benar mendidik siswa agar bisa belajar dari kesalahannya.
Hukuman berlebihan ini bukan hanya tidak efektif, tetapi juga rentan membuat siswa trauma di masa depan.
Guru toxic ini akan menjadi racun penghancur motivasi anak didik.
Hal-hal yang memicu guru berperilaku toxic di sebuah lembaga diantaranya adalah remunerasi guru yang rendah, ketidakpahaman, perilaku buruk, perilaku otoritatif, beban kerja yang berlebihan, bias gender dikalangan guru, kurangnya pelatihan dalam jabatan, dan budaya di sebuah lembaga.
Perilaku destruktif pendidik yang secara negatif akan mempengaruhi interaksi antara guru dan siswa sehingga akan menghambat proses belajar siswa dan kesejahteraan psikologisnya di lembaga pendidikan.
Guru yang hanya melarang dan mengkritik ini dan itu tanpa memberikan solusi terbaik malah akan menjurus ke perundungan. Terkadang kekerasan verbal terjadi pada sikap toxic guru yang satu ini bahkan tanpa disadarinya.
Guru toxic bukan hanya membuat peserta didik tidak nyaman di kelas, guru lain pun akan merasa terganggu dengan kehadirannya, lebih-lebih kepala sekolah akan mendapatkan kesulitan yang seharusnya tidak ada dalam menata keharmonisan dan kondusifitas tempat kerja guru, yakni sekolah.
Sosok guru sebagai panutan peserta didik seharusnya tidak memiliki kesepuluh ciri di atas. Karena sepuluh ciri di atas sangat tidak bisa diteladani oleh peserta didik.
Guru adalah sosok yang layak digugu dan ditiru kemampuan ilmunya, keterampilannya dan akhlaknya.
Guru harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik. Seorang pendidik atau guru yang ideal harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan siswa, orang tua siswa, dan rekan kerja. Kemampuan ini sangat penting dalam mengajar dan membangun hubungan yang baik dengan semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan.
Terkadang seorang guru mengalami hal-hal yang membuat dirinya merasa tertekan karena banyaknya tuntutan pekerjaan seperti administrasi, tugas tambahan guru yang mengharuskan selesai tepat waktu sesuai deadline yang singkat dan mendadak, belum lagi permasalahan yang dialami murid di kelas dan lingkungan kerja sehingga menjadi pribadi toxic.
Apabila kesehatan mental seorang guru terganggu, tentu akan menghambat pula terhadap tugas dan tanggung jawabnya di kelas.
Akhirnya, murid menjadi tidak maksimal dalam belajarnya atau bahkan menjadi dampak emosi yang tak terkendali dari seorang guru yang kesehatan mentalnya terganggu.
Maka, dalam ini sangat diperlukan guru yang senantiasa menuntun dan membimbing murid untuk mencapai tujuannya, memberikan keteladanan yang baik, memberikan pendidikan yang berpihak pada murid, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.