Pada bulan Mei 2024, beberapa fenomena astronomi menarik akan terjadi, salah satunya adalah fenomena apogee pada Bulan yang diperkirakan akan terjadi pada 18 Mei pukul 01.59 WIB. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu fenomena apogee, bagaimana perbedaannya dengan perigee, serta apakah keduanya bisa memicu terjadinya bencana alam.
Pengaruh Bentuk Orbit Bulan.
Bulan tidak mengorbit Bumi dalam bentuk lingkaran sempurna, melainkan dalam bentuk elips. Ini berarti jarak Bulan ke Bumi berubah sepanjang bulan dan tahun. Rata-rata, jarak tersebut sekitar 382.900 kilometer dari pusat Bulan ke pusat Bumi.
Titik terdekat Bulan dengan Bumi disebut perigee, dengan jarak sekitar 356.500 km, sementara titik terjauhnya disebut apogee, dengan jarak sekitar 406.700 km. Bulan melewati perigee dan apogee satu kali setiap bulan. Waktu yang dibutuhkan Bulan untuk berpindah dari perigee ke perigee berikutnya disebut bulan anomalistik, yaitu sekitar 27,55455 hari, berbeda dengan bulan sinodis yang durasinya sedikit lebih panjang.
Ketika Bulan Purnama atau Bulan Baru terjadi mendekati perigee, peristiwa ini disebut Supermoon. Sebaliknya, saat Bulan Purnama atau Bulan Baru muncul dekat apogee, itu disebut Micromoon.
Dampak Perigee dan Apogee.
Supermoon pada 14 November 2016 adalah Bulan Purnama terdekat dengan Bumi sejak 26 Januari 1948. Peristiwa serupa akan terjadi lagi pada 25 November 2034. Waktu terbaik untuk melihat Bulan adalah saat terbit, ketika Bulan terlihat seperti raksasa yang tergantung rendah di horizon, meskipun itu hanya ilusi.
Selain mengorbit Bumi, Bulan juga berputar pada porosnya dengan kecepatan tetap. Bulan bergerak lebih cepat saat berada di perigee dan melambat saat di apogee. Peristiwa ini disebut librasi bulan, yang memungkinkan kita melihat hingga 58% permukaan Bulan dari Bumi, meskipun hanya 50% pada satu waktu.
Fenomena perigee dan apogee juga memengaruhi proses pasang surut air laut. Perbedaan terbesar antara pasang surut tinggi dan rendah terjadi sekitar fase Bulan Purnama dan Baru, yang dikenal sebagai pasang besar atau pasang raja. Selama fase ini, gaya gravitasi Bulan dan Matahari bergabung menarik air laut ke arah yang sama. Pasang besar perigee memiliki variasi sekitar 5 cm lebih besar daripada pasang besar biasa, sedangkan pasang besar apogee memiliki variasi sekitar 5 cm lebih kecil daripada biasanya.
Perigee, Apogee, dan Bencana Alam?.
Meskipun kesejajaran Matahari dan Bulan menyebabkan sedikit peningkatan aktivitas tektonik, efek Supermoon pada Bumi tergolong minor. Banyak penelitian ilmiah tidak menemukan hubungan signifikan antara Supermoon dengan bencana alam. Menurut NASA, kombinasi jarak terdekat Bulan dengan fase Purnama seharusnya tidak memengaruhi keseimbangan energi internal Bumi karena adanya fenomena pasang surut setiap hari akibat gaya gravitasi Bulan.
Sementara itu, apogee atau Micromoon tidak menunjukkan adanya bukti ilmiah yang dapat memicu terjadinya bencana. Dengan demikian, fenomena apogee dan perigee lebih bersifat menarik untuk diamati daripada menimbulkan kekhawatiran akan bencana.
Fenomena apogee yang akan terjadi pada 18 Mei 2024 adalah kesempatan bagi kita untuk lebih memahami dan mengapresiasi dinamika orbit Bulan serta dampaknya terhadap Bumi. Meski menimbulkan perubahan kecil dalam fenomena alam seperti pasang surut, baik apogee maupun perigee tidak menyebabkan bencana besar yang perlu diwaspadai.
No comments:
Post a Comment