Pages

Sunday, March 24, 2024

Jejak Sejarah Pulau Jawa

Perjalanan Panjang dari Masa Pra-Sejarah Hingga Kini.

Pulau Jawa, dengan kepadatan penduduknya yang tinggi dan sejarah yang kaya, adalah salah satu titik pusat budaya, ekonomi, dan politik di Indonesia. Namun, asal-usul terbentuknya pulau ini jauh lebih tua daripada peradaban manusia yang menghuninya. 

Pulau Jawa termasuk pulau terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Sejarah terbentuknya Pulau Jawa pun sangatlah panjang.

Mari kita telusuri jejak sejarah Pulau Jawa, dari masa pra-sejarah hingga kini.


Masa Pra-Sejarah.

Pembentukan Geologis.

Pulau Jawa terbentuk melalui proses geologis yang panjang dan kompleks. Sekitar 45 juta tahun yang lalu, aktivitas tektonik yang intens menyebabkan terbentuknya jalur pegunungan di wilayah ini. Gerakan lempeng tektonik yang terus-menerus menciptakan gunung-gunung, lembah-lembah, dan cekungan-cekungan yang menjadi ciri khas pulau ini.

Pemerian geologi Jawa paling lengkap diungkap dalam van Bemmelen (1949). Sebagai pulau, Jawa secara geologi relatif muda. Pembentukan dimulai dari periode Tersier. Sebelumnya, kerak bumi yang membentuk pulau ini berada di bawah permukaan laut. Aktivitas orogenis yang intensif sejak kala Oligosen dan Miosen mengangkat dasar laut sehingga pada kala Pliosen dan Pleistosen wujud Pulau Jawa sudah mulai terbentuk. Sisa-sisa dasar laut masih tampak, membentuk fitur sebagian besar kawasan karst di selatan pulau ini.

Pulau Jawa diperkirakan muncul pada Kala Miosen, sekitar 10 juta tahun yang lalu. Munculnya Pulau Jawa diawali dengan rangkaian gunung api di laut selatan daratan Asia.

Miosen merujuk pada skala waktu geologi yang berlangsung 23,03 hingga 5.332 juta tahun lalu. Sejumlah ahli menyebutkan bahwa sejarah terbentuknya Pulau Jawa diawali aktivitas vulkanik dan tektonik. Proses pembentukan ini tidak terjadi dalam waktu semalam atau beberapa tahun saja, namun melalui proses alam secara bertahap.

Cikal bakal terbentuknya Pulau Jawa adalah Busur Kepulauan Sunda. Busur ini konon juga membentuk Pulau Sumatra, Selat Sunda, dan Nusa Tengara.

Terbentuknya Pulau Jawa terlihat jelas pada akhir zaman Pliosen dan awal zaman Pleistosen bawah, sekitar 700.000 tahun lalu. Aktivitas vulkanik dan tektonik di dalam bumi menyebabkan terbentuknya rangkaian gunung berapi besar yang beberapa masih aktif sampai saat ini.

Pulau Jawa, Pulau Sumatera, serta Pulau Kalimantan dulunya menyatu dan membentuk daratan Sunda Besar. Terpisahnya Pulau Jawa dan Pulau Sumatera terjadi karena adanya aktivitas pergerakan lempeng bumi.

Pulau Jawa dan Pulau Sumatera terpisah akibat letusan Gunung Krakatau yang maha dahsyat. Anggapan ini mengacu pada Pustaka Raja Purwa yang ditulis Ronggowarsito pada 1869.

Diceritakan jika letusan Gunung Kapi atau yang diidentifikasi sebagai Gunung Krakatau telah membuat daratan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera terpisah. Namun, hingga saat ini isi pustaka tersebut masih menyimpan tanda tanya besar.


Jejak Fosil

Bukti fosil menunjukkan bahwa Pulau Jawa telah dihuni oleh berbagai spesies hewan prasejarah, termasuk mamalia besar seperti gajah purba dan kuda purba. Manusia purba juga telah tinggal di pulau ini sejak zaman Paleolitikum, seperti yang dibuktikan oleh penemuan artefak-artefak prasejarah di situs arkeologi seperti Sangiran dan Trinil.

Pulau Jawa merupakan bagian dari gugusan kepulauan Sunda Besar dan paparan Sunda, yang pada masa sebelum es mencair merupakan ujung tenggara benua Asia. Sisa-sisa fosil Homo erectus, yang populer dijuluki Manusia Jawa, ditemukan di sepanjang daerah tepian Sungai Bengawan Solo, dan peninggalan tersebut berasal dari masa 1,7 juta tahun yang lampau.

Situs Sangiran adalah situs prasejarah yang penting di Jawa. Beberapa struktur megalitik telah ditemukan di Pulau Jawa, misalnya menhir, dolmen, meja batu, dan piramida berundak yang lazim disebut Punden Berundak. Punden Berundak dan menhir ditemukan di situs megalitik di Paguyangan, Cisolok, dan Gunung Padang, Jawa Barat. Situs Megalitik Cipari yang juga ditemukan di Jawa Barat menunjukkan struktur monolit, teras batu, dan sarkofagus.

Punden berundak ini dianggap sebagai struktur asli Nusantara dan merupakan rancangan dasar bangunan candi pada zaman kerajaan Hindu-Buddha Nusantara setelah penduduk lokal menerima pengaruh peradaban Hindu-Buddha dari India. Pada abad ke-4 SM hingga abad ke-1 atau ke-5 M Kebudayaan Buni yaitu kebudayaan tembikar tanah liat berkembang di pesisir utara Jawa Barat. Kebudayaan protosejarah ini merupakan pendahulu kerajaan Tarumanagara.


Masa Kerajaan dan Kesultanan.

Kerajaan Kuno

Pulau Jawa menjadi pusat peradaban maritim pada masa kerajaan-kerajaan kuno seperti Tarumanagara, Mataram Kuno, dan Majapahit. Para penguasa di masa ini membangun sistem irigasi yang maju, memperluas perdagangan, dan memajukan seni dan sastra.


Peninggalan Budaya

Arsitektur candi-candi Hindu-Buddha seperti Borobudur dan Prambanan menjadi saksi bisu kejayaan budaya Pulau Jawa pada masa lampau. Peninggalan ini tidak hanya menjadi kebanggaan Indonesia tetapi juga warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO.


Zaman Kolonial dan Modern

Jejak Penjajahan

Pulau Jawa menjadi pusat penjajahan Belanda di Indonesia pada abad ke-17 hingga ke-20. Eksploitasi sumber daya alam dan sistem tanam paksa mengubah lanskap sosial dan ekonomi pulau ini secara drastis.


Perjuangan Kemerdekaan

Pulau Jawa juga menjadi panggung utama perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perlawanan terhadap penjajah Belanda semakin menguat, terutama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.


Pembangunan Modern

Setelah meraih kemerdekaan, Pulau Jawa mengalami transformasi besar-besaran dalam hal pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan ekonomi. Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya menjadi pusat industri dan perdagangan yang penting di Indonesia.


Pulau Jawa Hari Ini

Tantangan Modern

Meskipun Pulau Jawa telah mencapai kemajuan besar, masih ada tantangan yang perlu dihadapi, termasuk urbanisasi yang cepat, polusi, dan masalah-masalah lingkungan lainnya.


Keanekaragaman Budaya

Namun demikian, kekayaan budaya Pulau Jawa tetap menjadi daya tarik utama, dengan tradisi seni, tari, dan musik yang hidup terus di antara penduduknya.


Kesimpulan

Pulau Jawa adalah jantung Indonesia, tempat di mana masa lalu yang megah bertemu dengan masa kini yang dinamis. Dari masa pra-sejarah hingga zaman modern, pulau ini telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban manusia di wilayah ini. Dengan memahami asal-usul dan sejarahnya, kita dapat lebih menghargai warisan budaya dan kekayaan alam yang dimiliki oleh Pulau Jawa.


Sumber :

https://soloraya.solopos.com/cerita-sejarah-terbentuknya-pulau-jawa-dari-sangiran-1229958

https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/04/100000869/kisah-terbentuknya-pulau-jawa?page=all

Sejarah Gempa Besar di Jawa

Gempa Besar di Pulau Jawa: Jejak Sejarah yang Meninggalkan Bekas.

Pulau Jawa, sebuah pulau yang kaya akan budaya dan sejarah, juga merupakan rumah bagi serangkaian gempa bumi yang telah membentuk dan mempengaruhi kehidupan penduduknya selama berabad-abad. Gempa-gempa ini tidak hanya meninggalkan jejak fisik yang menghancurkan, tetapi juga cerita-cerita tentang keberanian, ketahanan, dan semangat pemulihan masyarakat Jawa. 


Catatan sejarah gempa besar memperlihatkan belum pernah ada bukti gempa berskala 'mega' atau 'great' dengan Magnitudo lebih dari 8,5 terjadi di selatan Pulau Jawa. Berbeda dari zona megathrust di barat Pulau Sumatera.

Tak hanya rawan terjadi gempa, wilayah Selatan Jatim juga berpotensi terjadi tsunami. Sejarah mencatat ada tiga kali tsunami yang pernah menerjang daerah Jatim. Tsunami pertama kali menerjang wilayah selatan Pulau Jawa pada tahun 1840. Tsunami ini terjadi di Pacitan. Sementara di tahun 1994, tsunami terjadi di wilayah Selatan Jatim, tepatnya di Banyuwangi. Tsunami di Banyuwangi ini memiliki dampak cukup besar.

Berikut adalah beberapa contoh gempa besar yang pernah melanda Pulau Jawa, Indonesia:

1. Gempa Jakarta, 1699.
Pada 5 Januari 1699, Batavia, cikal bakal Jakarta diguncang gempa hebat. Gempa berlangsung sangat kencang dan kuat. Guncangan berlangsung selama tiga perempat jam. Gempa tersebut merenggut setidaknya 28 nyawa manusia. Sebanyak 21 rumah dan 29 lumbung hancur.

Saat itu Nusantara masih diduduki VOC-Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Willem van Outhoorn (1691-1704).

Saat itu, Gunung Salak meletus. Dari puncaknya setinggi dua ribu meter, gunung itu menyemburkan abu dan batu. Ribuan kubik lumpur muncrat. Puluhan ribu pohon tumbang, menyumbat aliran Sungai Ciliwung, membekap kali dan tanggul di Batavia.

Banjir lumpur tak terelakkan. Oud Batavia mendadak menjadi rawa. Dilaporkan 28 orang tewas, 49 gedung batu nan kokoh hancur, hampir semua rumah mengalami kerusakan.

Diduga, pusat gempa saat itu ada di selatan Batavia, gempa seismik. Pusat gempa bumi belum bisa dipastikan, ada pendapat yang memperkirakan gempa tersebut berpusat di suatu tempat antara Cisalak hingga Lampung. Perkiraan lainnya, gempa bumi terjadi akibat tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang termasuk dalam Zona Megathrust. 

2. Gempa bumi Jawa 1780.
22 Januari 1780 terjadi gempa bumi terbesar yang pernah melanda Pulau Jawa saat pendudukan Hindia Belanda. Magnitudo gempa diperkirakan mencapai sebesar 8.5. Gempa tersebut terjadi di Selat Sunda segmen Selatan Jawa. 

Gempa ini merupakan gempa di Palung Jawa. Tingkat konvergensi total melintasi Palung Jawa adalah sekitar 6 sampai 7 cm per tahun, lebih tinggi dari kebanyakan zona subduksi utama lainnya di wilayah tersebut.

Gempa tersebut merobohkan gedung-gedung di Bogor, Banten dan Batavia. 27 gudang runtuh di kota karena goncangan, Sebuah observatorium di kota setinggi 24 meter yang dibangun pada 1765 itu rusak parah dan terbengkalai setelah gempa. Gempa tersebut diduga memicu peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Salak dan Gunung Pangrango.

3. Gempa Besar Bantul atau Yogyakarta 1867.
Gempa ini diperkirakan memiliki magnitudo sekitar 8,5 hingga 8,8. Bantul dan sekitarnya menjadi pusat kerusakan yang parah, dengan ribuan jiwa kehilangan nyawa dan banyak bangunan hancur. 

Pada 10 Juni 1867, gempa besar mengguncang Jawa. Kala itu, korban jiwa mencapai 300 orang.

Tak hanya di Jogja, kerusakan akibat gempa juga terjadi daerah-daerah lain seperti Cirebon, Pekalongan, Banyumas, Semarang, dan Surakarta. Bahkan gempa juga dirasakan sampai di ibukota Batavia.

Perkebunan nila dan pabrik gula rusak parah di Yogyakarta, demikian pula dengan rumah-rumah dan fasilitas militer di sana. Tak hanya nyawa manusia, kematian juga dialami hewan-hewan ternak seperti kerbau. Sejumlah bangunan seperti keraton dan Taman Sari juga hancur karenanya.

4. Gempa Jawa, 1943.
Pada 23 Juli 1943, gempa dengan kekuatan 7 skala Richter mengguncang Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kala itu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang. 

Gempa menyebabkan 213 orang tewas dan lebih dari 3.900 lainnya cedera. Lebih dari 12.600 rumah roboh. Gempa ini menyebabkan kerusakan di Jawa Tengah, Garut, dan Surakarta. Di wilayah Bantul, sebanyak 31 orang tewas, 564 orang luka-luka, dan 2.682 rumah roboh. 

5. Gempa Besar Cilacap, 1957.
Gempa yang terjadi di Cilacap pada tahun 1957 juga menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah Pulau Jawa. Dengan magnitudo sekitar 6,5, gempa ini menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kerusakan yang signifikan terhadap infrastruktur dan pemukiman di sekitarnya. Meskipun tidak sebesar gempa-gempa lainnya, dampaknya tetap terasa dalam ingatan kolektif masyarakat Jawa.

6. Gempa Bumi dan Tsunami Jawa Timur, 1994.
Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994 adalah bencana gempa bumi tektonik yang berpusat di Samudra Hindia yang terjadi pada tanggal 2 Juni 1994 sekira pukul 01:17 WIB, gempa dirasakan diseluruh wilayah Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah.

Gempa dengan kekuatan mencapai skala Richter 7,8 memicu gelombang tsunami di pantai selatan Jawa Timur. Gempa terjadi akibat persegeseran gempa tektonik di Samudra Hindia. Gelombang gergasi yang menerjang liar mengakibatkan kerusakan total di pemukiman pesisir.

Tsunami datang 2 jam berselang sejak gempa bumi tersebut terjadi, gelombang tsunami kemudian menghantam pesisir pantai selatan Jawa Timur bagian timur tepatnya di wilayah kabupaten Banyuwangi pada 3 Juni 1994 dini hari .

Daerah-daerah pesisir selatan di Kabupaten Banyuwangi seperti Pantai Plengkung, Pantai Pancer dan Pantai Rajegwesi rata dengan tanah. Korban meninggal diperkiraan mencapai 215 jiwa. Salah satu faktor jatuhnya korban jiwa adalah karena peristiwa tersebut terjadi pada dini hari di mana banyak warga yang masih tertidur lelap.

7. Gempa Besar Yogyakarta 2006.
Terjadi pada tanggal 27 Mei 2006, gempa dengan kekuatan 5,9 skala Ritcher atau 6,3 skala Richter ini mengguncang daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Lebih dari 5.700 orang tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. Kerugian materiil juga sangat besar, dengan ribuan rumah dan bangunan lainnya hancur atau rusak parah. 

Gempa terjadi dengan kedalaman 7,5 km di dekat permukaan di sepanjang patahan di Lempeng Sunda, sekitar 20 km selatan-tenggara Yogyakarta. 

Rumah-rumah di wilayah selatan rata dengan tanah. Banyak manusia bergelimpangan di pinggir jalan. Setidaknya 3.000 nyawa melayang di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, dari total 6.234 hidup manusia yang terampas.

Jaringan listrik dan komunikasi terputus, warga takut kembali ke rumah. Sebagian karena isu tsunami yang dihembuskan pihak tak bertanggung jawab. Mereka mengungsi ke masjid, gereja, dan rumah sakit. Jumlah pengungsi mencapai 200.000 orang.

8. Gempa Besar Pangandaran, 2006.
Tahun 2006 juga terjadi Gempa Pangandaran yang mengguncang pantai selatan Pulau Jawa. Dengan magnitudo 7,7 skala Ritcher , gempa ini menyebabkan gelombang tsunami lokal yang menewaskan lebih dari 600 orang dan melukai ribuan lainnya. Pangandaran dan daerah sekitarnya mengalami kerusakan yang parah, termasuk infrastruktur pariwisata yang penting bagi ekonomi lokal.

Gempa besar itu memicu terjadinya tsunami. Lebih dari 600 orang tewas dalam musibah itu. Pangandaran menjadi wilayah terdampak terparah. Tsunami terjadi sekitar 15 menit usai gempa. Luapan air menyebabkan banyak rumah warga di sepanjang pantai barat Pangandaran hancur. 

9. Gempa Tasikmalaya, 2009.
Gempa dengan kekuatan 7,3 skala Richter mengguncang Tasikmalaya pada Rabu 2 September 2009 pukul 14.55 WIB. Gempa tektonik tersebut terjadi akibat tumbukan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Gempa memicu kerusakan di sekitar episentrum. Salah satu daerah terdampak paling parah adalah Kabupaten Cianjur, di mana tanah longsor yang dipicu gempa menewaskan 40 orang.

Sejumlah orang juga dikabarkan meninggal dunia akibat tertimpa puing-puing bangunan yang roboh di Tasikmalaya dan Sukabumi. Gedung-gedung tinggi di Jakarta yang berjarak 200 km dari pusat gempa pun bergoyang hebat karenanya.

Ribuan orang di ibu kota berlarian keluar dari gedung-gedung tinggi juga pusat perbelanjaan. Total, bempa mengakibatkan 80 orang meninggal dunia, 47 lainnya hilang, sementara 1.250 warga luka-luka.


Pembelajaran dan Persiapan untuk Masa Depan.
Melalui serangkaian gempa yang mengguncangnya selama berabad-abad, Pulau Jawa telah belajar banyak tentang pentingnya persiapan, mitigasi, dan reaksi terhadap bencana alam. Pemerintah dan masyarakat terus bekerja sama untuk meningkatkan infrastruktur yang tahan gempa, memperkuat bangunan, dan meningkatkan kesadaran akan resiko bencana. Sejarah gempa-gempa besar ini juga mengingatkan kita akan kerapuhan manusia di hadapan kekuatan alam, serta pentingnya solidaritas dan kerjasama dalam menghadapi tantangan yang tidak terduga.

Sejarah gempa besar di Pulau Jawa adalah cerminan dari ketahanan dan semangat pemulihan yang menginspirasi. Dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, kisah-kisah ini memperkuat tekad untuk terus beradaptasi, berkembang, dan membangun masyarakat yang lebih tangguh secara bersama-sama.

Sumber :
https://tekno.tempo.co/read/1471512/bmkg-beberkan-sejarah-gempa-besar-di-selatan-jawa-simak-catatannya
https://www.liputan6.com/global/read/3198110/7-gempa-mematikan-ini-pernah-mengguncang-pulau-jawa?page=8
https://tirto.id/sejarah-gempa-bumi-1699-yang-mengguncang-banten-dan-jakarta-efyn
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5529327/pernah-diguncang-9-gempa-dahsyat-selatan-jatim-juga-3-kali-diterjang-tsunami.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_dan_tsunami_Jawa_Timur_1994
https://www.merdeka.com/jateng/7-gempa-besar-yang-pernah-terjadi-di-pulau-jawa-ada-yang-sebabkan-tsunami.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Jawa_1780
https://earthweb.ess.washington.edu/tsunami/specialized/events/eastjava/pancer94str.html

Friday, March 22, 2024

Tuban Diguncang Gempa Lagi, Kali Ini Magnitudo 6.5

Pulau Jawa kembali diguncang gempa bumi, kali ini dengan pusat gempa berada di Tuban, Jawa Timur. Gempa ini tercatat memiliki kekuatan magnitudo 6.5, yang cukup kuat untuk menimbulkan kerusakan di sejumlah wilayah.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 16.15 WIB, hasil pantauan BMKG menunjukkan adanya 22 aktivitas gempa bumi. Rangkaian gempa bumi dangkal menghantam wilayah Tuban, Jawa Timur sejak pukul 11.22 WIB.

Dan hingga pukul 17.00 WIB telah terjadi gempa susulan sebanyak 32 kali.

Pada guncangan pertama, kekuatan gempa tercatat mencapai Magnitudo 6. Namun, pada pukul, gempa Magnitudo 6,5 kembali mengguncang wilayah Tuban.

Gempa ini terjadi pada hari ini, dan telah menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan, termasuk rumah-rumah warga dan fasilitas umum. Meskipun tidak ada laporan mengenai korban jiwa, namun dua orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat kejadian ini.


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (atau BMKG) Indonesia telah memberikan analisa mengenai penyebab gempa ini. BMKG menyatakan bahwa gempa ini disebabkan oleh aktivitas sesar aktif di Laut Jawa. Sesar-sesar aktif ini menjadi sumber potensi gempa bumi di wilayah tersebut.

Gempa di Tuban termasuk jenis gempa bumi dangkal yang terjadi akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Jawa.

Gempa ini terjadi akibat adanya aktivitas sesar aktif di laut Jawa, yaitu Sesar Bawean. Namanya Sesar Bawean, tapi letaknya bukan di Pulau Bawean, tapi di laut dekat Bawean. Cuma dia tidak melewati Baweannya.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).

-

Sumber gempa ini sangatlah dangkal, yakni hanya 10 km dari permukaan laut. 

Menandakan gempa ini adalah gempa kerak dangkal dari sesar aktif setempat. Bukan dari subduksi lempeng Australia - lempeng Sunda (atau Eurasia), yang di kawasan Pulau Bawean dan sekitarnya menghasilkan sumber-sumber gempa dengan kedalaman lebih dari 500 km.

Bagaimana bisa terdapat sesar mendatar aktif di tengah-tengah Laut Jawa?.

Ceritanya dimulai sekitar 90 juta tahun yang lalu. Ketika pecahan daratan Australia mulai berpisah, yang kemudian menyebabkan benturan dengan bagian barat Indonesia. Peristiwa ini yang akhirnya membentuk Pulau Jawa seperti yang kita kenal sekarang.

-

Guncangan gempa ini juga dirasakan di Jakarta, ibu kota Indonesia, meskipun pusat gempa berada di Tuban. Getaran gempa terasa hingga ke Jakarta. Dampak gempa bumi juga dirasakan di beberapa daerah, meliputi Jepara, Lamongan, Bojonegoro, Surabaya, Kudus, Blora, Bojonegoro, Surabaya, Kudus, Blora, Pekalongan, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Madiun, Pasuruan, Malang, Semarang, dan Yogyakarta.

Meskipun BMKG memberikan penjelasan mengenai penyebab gempa, masih ada banyak pertanyaan tentang keamanan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam seperti gempa bumi. Dua rumah dan satu sekolah dilaporkan rusak akibat gempa ini.

BPBD Jatim merinci dampak gempa antara lain  tujuh rumah rusak ringan, satu rumah rusak sedang, satu rumah rusak berat, dua sekolah terdampak, dua rumah sakit terdampak, satu pondok pesantren terdampak, dan satu kantor kepala desa juga terdampak gempa. 

Pemerintah daerah setempat, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sedang bergerak cepat untuk mengevaluasi dampak gempa ini dan memberikan bantuan kepada warga yang terdampak. Namun, masyarakat di wilayah-wilayah rawan gempa diimbau untuk tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana alam.

-

Gempa magnitudo yang mengguncang Tuban Jumat, 22 Maret 2024 ini bukan yang pertama kali, ternyata, gempa serupa pernah terjadi pada tahun lalu, tepatnya pada Jumat, 14 April 2023 juga terjadi gempa yang mengguncang Tuban berkekuatan magnitudo 6,6.

Sebelumnya lagi, dua gempa bumi mengguncang kawasan Kabupaten Tuban, Jawa Timur pada Kamis 19 September 2019 pukul 14.06 dan 14.31 WIB. Uniknya, dua gempa dengan kedalaman lebih dari 600 kilometer itu terasa hingga Bandung, Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Episenter gempa bumi pertama berlokasi di laut pada jarak 58 km barat laut Kabupaten Tubandengan kedalaman 620 km.

Episenter gempa bumi kedua berlokasi di laut pada jarak 56 km barat laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur dengan kedalaman 623 km.

Sejarah gempa berkekuatan besar yang terjadi di perairan Tuban, Jawa Timur, perlu dipelajari. Karena mungkin pernah terjadi gempa yang besar disana.

Dilihat dari beberapa catatan, Tuban pernah mengalami beberapa kali gempa bumi. Data tertua yang memuat gempa bumi di Tuban terdapat di prasasti Waruṅgahan bertarikh 1227 Śaka, atau 1305 Masehi. Prasasti ini ditemukan ketika sedang menggali pondasi bangunan di kedalaman sekitar 0,5 m di bawah permukaan tanah di sebuah desa yang terletak di Kecamatan Semanding.

Data tertua yang dapat diketahui sebelum prasasti ini ditemukan adalah terjadinya gempa di daerah Rengel Tuban dengan guncangan berulang pada tanggal 18 Juli 1864.

Dalam prasasti Waruṅgahan disebutkan tentang gempa bumi yang terdapat di lempeng III b.2, yang artinya “prasasti itu (telah) hilang ketika bumi berguncang”.

-

Gempa bumi di Indonesia menjadi peringatan bagi kita semua akan pentingnya upaya mitigasi bencana dan pembangunan infrastruktur yang tahan gempa. Dengan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, diharapkan dapat mengurangi risiko dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana alam seperti gempa bumi.


Mengapa Gempa Bumi Terjadi karena Aktivitas Sesar?.

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang seringkali menimbulkan kerusakan dan kepanikan di berbagai belahan dunia. Salah satu penyebab utama terjadinya gempa bumi adalah aktivitas sesar. Sesar adalah retakan atau patahan pada lapisan kulit bumi yang dapat bergerak, dan ketika terjadi pergeseran pada sesar tersebut, energi dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai hubungan antara gempa bumi dan aktivitas sesar.


1. Apa Itu Sesar?.

Sesar merupakan retakan pada kerak bumi yang terjadi karena tekanan yang berlebihan. Sesar dapat berupa sesar naik (reverse fault), sesar turun (normal fault), atau sesar geser (strike-slip fault), tergantung pada arah pergerakan batuan di sekitarnya. Ketika dua lempeng tektonik bertemu dan saling bergerak, tekanan yang terbentuk dapat menyebabkan sesar.


2. Mengapa Sesar Menyebabkan Gempa Bumi?.

Ketika terjadi pergeseran pada sesar, terjadi pelepasan energi yang disebabkan oleh gesekan antara dua lempeng tektonik yang bergerak. Energi inilah yang kemudian merambat melalui kerak bumi dalam bentuk gelombang gempa, yang dapat dirasakan sebagai guncangan atau getaran di permukaan bumi.


3. Jenis-jenis Gempa Bumi yang Disebabkan oleh Sesar.

Gempa Sesar: Terjadi ketika dua lempeng tektonik bergeser secara horizontal atau geser lateral.

Gempa Naik: Terjadi ketika satu lempeng tektonik bergerak naik relatif terhadap lempeng lainnya.

Gempa Turun: Terjadi ketika satu lempeng tektonik bergerak turun relatif terhadap lempeng lainnya.


4. Dampak dan Risiko Gempa Bumi karena Sesar.

Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas sesar dapat memiliki dampak yang merusak pada infrastruktur dan kehidupan manusia. Bangunan dan struktur lainnya dapat runtuh atau rusak parah akibat getaran yang kuat. Selain itu, gempa bumi dapat menyebabkan tanah longsor, tsunamii, atau bahkan letusan gunung berapi, tergantung pada faktor-faktor geologis lokal.


5. Mitigasi dan Kesiapsiagaan.

Pentingnya mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi gempa bumi sangatlah penting. Ini meliputi pembangunan infrastruktur yang tahan gempa, edukasi masyarakat tentang tindakan pengamanan, serta perencanaan penanggulangan bencana yang efektif.

Dengan memahami hubungan antara gempa bumi dan aktivitas sesar, diharapkan kita dapat lebih waspada dan siap menghadapi potensi bencana alam yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik di masa depan.


Sumber :

https://www.detik.com/jatim/berita/d-7255933/pakar-its-sebut-gempa-tuban-dipicu-sesar-bawean

https://news.detik.com/berita/d-7256123/tuban-diguncang-gempa-lagi-kali-ini-m-6-5

https://www.cnbcindonesia.com/news/20240322192816-4-524650/ini-analisa-bmkg-soal-penyebab-gempa-tuban-yang-rusak-rumah-warga

https://www.kompas.tv/regional/494889/bmkg-jelaskan-penyebab-gempa-m6-0-di-tuban-ada-aktivitas-sesar-aktif-di-laut-jawa

https://www.antaranews.com/berita/4023981/bpbd-sejumlah-rumah-fasiltas-rusak-akibat-gempa-tuban-dua-luka

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240322145042-20-1077756/2-rumah-dan-1-sekolah-dilaporkan-rusak-akibat-gempa-tuban

https://ekonomi.bisnis.com/read/20240322/44/1751882/penyebab-gempa-m-60-guncang-tuban-22-maret-ini-penjelasan-bmkg

https://www.liputan6.com/news/read/5556963/gempa-magnitudo-65-kembali-guncang-tuban-getarannya-terasa-hingga-jakarta

https://pontianakinfo.disway.id/read/1319/gempa-spektakuler-di-laut-jawa-rahasia-tersembunyi-pulau-jawa

https://www.jawapos.com/pendidikan/014471796/penjelasan-gempa-dangkal-di-laut-jawa-yang-mengguncang-tuban-ini-cerita-lama-terbentuknya-pulau-jawa

https://www.detik.com/jatim/berita/d-7255892/bukan-pertama-kali-tuban-pernah-diguncang-gempa-m-6-6-tahun-lalu.

https://jateng.antaranews.com/berita/489915/sejarah-gempa-besar-di-perairan-tuban-perlu-dipelajari

https://suluk.id/melihat-jejak-gempa-bumi-di-tuban-dari-prasasti-warunggahan/

https://www.liputan6.com/news/read/4068578/bmkg-fenomena-gempa-tuban-jatim-bukti-lempeng-indo-australia-aktif

Thursday, March 21, 2024

Waspada Penurunan Tanah di Utara Jawa

Pulau Jawa, yang merupakan pulau terpadat di Indonesia, menghadapi tantangan serius dalam bentuk penurunan tanah. Fenomena ini telah menjadi perhatian utama para ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat karena dampaknya yang merugikan. 

Penurunan tanah di Pulau Jawa adalah masalah yang kompleks dan memerlukan pendekatan komprehensif dari berbagai pihak. Dengan mengidentifikasi penyebab utama, memahami dampaknya, dan mengimplementasikan solusi yang tepat, kita dapat melindungi lingkungan dan memastikan keberlanjutan Pulau Jawa untuk generasi mendatang.

-

Berdasarkan info dari KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA pada tanggal : 2 Desember 2020, dijelaskan bahwa terjadi penurunan muka tanah yang terus berlangsung di wilayah pesisir utara. Diungkapkan bahwa sejumlah wilayah tersebut terjadi penurunan antara 6 - 10 sentimeter per tahunnya.

Fenomena penurunan muka tanah ini dimonitoring secara komperhensif pada tahun 2020. Berdasarkan hasil monitoring, penurunan tanah di wilayah Semarang bisa mencapai lebih dari 10 cm per tahun. Sementara untuk wilayah Pekalongan sejak pemantauan bulan Mei 2020 sekitar 0,5 cm per bulan. Besaran ini sama dengan hasil pemantauan yang terjadi di Kendal di 2016.

https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/ini-penyebab-terjadinya-penurunan-tanah-di-pesisir-utara-jawa-tengah

Berdasarkan hasil pemantauan citra satelit, terjadi penurunan muka tanah di DKI Jakarta antara 0.1-8 cm per tahun, Cirebon antara 0.3-4 cm per tahun, Pekalongan antara 2.1-11 cm per tahun, Semarang antara 0.9 – 6 cm per tahun, dan Surabaya antara 0.3 – 4.3 cm per tahun.

Dampak perubahan iklim terhadap pesisir utara Pulau Jawa saat ini sudah semakin tinggi dengan dipicu oleh penurunan permukaan tanah di wilayah tersebut. Cirebon, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya adalah kota-kota pesisir utara Jawa yang paling rawan terhadap penurunan tanah ekstrim hingga tahun 2050.

https://www.beritasatu.com/news/828699/pekalongan-alami-penurunan-tanah-terparah

Setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan tanah.

Tiga faktor tersebut di antaranya, ekstraksi air tanah yang berlebih, beban karena konstruksi infrastruktur, dan kondisi geologi yang berupa endapan alluvial dan batuan sedimen. Dari tiga faktor tersebut akhrinya menyebabkan subsidence atau penurunan tanah.

Pada 2017-2018 melalui GPS di beberapa titik di wilayah Timur dan Selatan Surabaya mengungkap adanya penurunan tanah. Namun penurunan tanah di Kota Surabaya tidak sedalam di Jakarta ataupun Semarang.

Kota Surabaya turun sedalam 20-40 milimeter.

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2022/pakar-geomatika-its-jelaskan-tiga-penyebab-penurunan-tanah-pantura-jawa-dan-surabaya/

Pengendalian penggunaan air tanah ini merupakan regulasi yang bertujuan untuk menjaga agar air tanah dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk berbagai keperluan. Terutama untuk menjamin kebutuhan di masa depan. 

https://www.cnbcindonesia.com/news/20231113154002-4-488634/waspada-tanah-pantura-jawa-sudah-ambles

Perlu adanya pengkajian ulang soal Amdal dan pembatasan penggunaan air tanah untuk Kota Semarang dan sekitarnya. 

https://www.metrotvnews.com/play/bmRCeel4-penurunan-tanah-picu-banjir-di-utara-pulau-jawa

Akibat penurunan yang berkelanjutan membuat saat ini permukaan tanah wilayah pesisir Jawa Tengah itu terpaut lebih rendah dari muka air laut.

Itulah mengapa bila diguyur hujan air cepat menyebar, dan surutnya membutuhkan waktu lama dan juga tak sedikit berujung longsor.

https://www.antaranews.com/berita/4010295/bmkg-penurunan-tanah-jadi-pemicu-pulau-jawa-rentan-terdampak-banjir

Jakarta, kota yang diprediksi akan tenggelam dalam beberapa tahun ke depan. Jakarta memang terancam akan tenggelam dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini merupakan imbas dari pemanasan global, serta penurunan muka tanah di wilayah Jakarta. Selain Jakarta, ada beberapa kota lain di Pulau Jawa yang memiliki nasib sama, terancam tenggelam di masa depan. 

Jakarta diprediksi menjadi kota pertama di dunia yang akan tenggelam. Jika tidak segera diantisipasi, seluruh wilayah Jakarta Utara diprediksi akan tenggelam pada tahun 2050.

https://goodstats.id/article/3-kota-di-pulau-jawa-ini-terancam-tenggelam-dalam-beberapa-tahun-ke-depan-YtXlN

Fenomena amblesan tanah setidaknya telah terjadi di Pulau Jawa sejak tahun 1970-an. Daerah-daerah pesisir, seperti Jakarta, Semarang, Pekalongan, Bekasi, Kendal, dan Demak memiliki ancaman lebih tinggi untuk mengalami penurunan tanah lebih dalam.

Fenomena amblesan tanah akan semakin terjadi pada daerah-daerah yang memiliki struktur tanah alluvial, endapan danau, gambut, dan tanah organik yang berumur muda atau kuarter. Di mana jenis-jenis tanah ini lah yang menyusun daratan daerah-daerah di Pantai Utara (Pantura) Jawa.

Jika permasalahan akibat penurunan permukaan tanah tidak segera diatasi, estimasi kerugian ekonomi yang harus ditanggung Pulau Jawa, khususnya di Jakarta saja dapat mencapai Rp2,1 trilun per tahun

Agar Pulau Jawa, utamanya Pantura tidak semakin tenggelam, pemerintah bakal membentuk kelompok kerja untuk menggarap Major Project Pengaman Pesisir Tanggul Laut Raksasa (atau Giant Sea Wall) di lima kota di Pantura Jawa. 

Tanggul laut raksasa adalah struktur besar yang dibangun di sepanjang garis pantai untuk melindungi daratan dari gelombang laut yang tinggi dan erosi pantai. Struktur ini terdiri dari material yang kuat seperti beton, batu, atau bahkan bahan-bahan ramah lingkungan seperti bambu yang disusun secara bertahap untuk membentuk barikade yang kokoh.

Pengaman pesisir tanggul laut raksasa menawarkan solusi yang potensial untuk melindungi pesisir dari ancaman gelombang laut dan erosi pantai yang semakin memburuk akibat perubahan iklim. Namun, pembangunan dan implementasi tanggul laut raksasa perlu dilakukan dengan hati-hati, dengan memperhatikan dampak lingkungan dan keberlanjutan jangka panjang. Dengan pendekatan yang bijaksana dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, pengaman pesisir tanggul laut raksasa dapat menjadi langkah penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir di seluruh dunia.

https://www.alinea.id/bisnis/menjaga-pulau-jawa-agar-tak-tenggelam-dengan-tanggul-raksasa-b2k0f9P1z

Banjir yang akhir-akhir ini kerap melanda kawasan di Jawa Tengah, khususnya di Demak-Pati-Juwana tersebut sehingga kembali mencuat fenomena munculnya kembali Selat Muria.

Selat Muria, sebuah perairan di Jawa Tengah, telah menjadi subjek perhatian luas belakangan ini karena fenomena munculnya kembali yang mengejutkan. 

Selat Muria adalah selat yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Madura, di sebelah utara Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Selat ini memiliki kedalaman yang signifikan dan memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat pesisir.

Fenomena munculnya kembali Selat Muria adalah contoh yang menggambarkan kompleksitas alam dan interaksi antara faktor-faktor geologis, atmosferis, dan manusia. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi lingkungan dan mengurangi dampaknya terhadap masyarakat setempat.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/21/123000465/selat-muria-tak-bisa-muncul-lagi-ini-alasannya-menurut-ahli-geologi-ugm?page=all.

Perubahan iklim dan penurunan tanah adalah dua masalah lingkungan yang saling terkait dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan manusia dan ekosistem di seluruh dunia. Penurunan tanah dan perubahan iklim merupakan dua tantangan lingkungan yang saling terkait dan memerlukan solusi holistik. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, serta upaya bersama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengelola lahan secara berkelanjutan, kita dapat melindungi planet ini dan memastikan kelangsungan hidup bagi generasi mendatang.

Mengetahui Kapan Harus Pergi

Pentingnya Melepaskan di Waktu yang Tepat Dalam hidup, ada momen-momen di mana kita harus berani mengambil keputusan untuk pergi. Baik itu d...