Gempa Besar di Pulau Jawa: Jejak Sejarah yang Meninggalkan Bekas.
Pulau Jawa, sebuah pulau yang kaya akan budaya dan sejarah, juga merupakan rumah bagi serangkaian gempa bumi yang telah membentuk dan mempengaruhi kehidupan penduduknya selama berabad-abad. Gempa-gempa ini tidak hanya meninggalkan jejak fisik yang menghancurkan, tetapi juga cerita-cerita tentang keberanian, ketahanan, dan semangat pemulihan masyarakat Jawa.
Catatan sejarah gempa besar memperlihatkan belum pernah ada bukti gempa berskala 'mega' atau 'great' dengan Magnitudo lebih dari 8,5 terjadi di selatan Pulau Jawa. Berbeda dari zona megathrust di barat Pulau Sumatera.
Tak hanya rawan terjadi gempa, wilayah Selatan Jatim juga berpotensi terjadi tsunami. Sejarah mencatat ada tiga kali tsunami yang pernah menerjang daerah Jatim. Tsunami pertama kali menerjang wilayah selatan Pulau Jawa pada tahun 1840. Tsunami ini terjadi di Pacitan. Sementara di tahun 1994, tsunami terjadi di wilayah Selatan Jatim, tepatnya di Banyuwangi. Tsunami di Banyuwangi ini memiliki dampak cukup besar.
Berikut adalah beberapa contoh gempa besar yang pernah melanda Pulau Jawa, Indonesia:
1. Gempa Jakarta, 1699.
Pada 5 Januari 1699, Batavia, cikal bakal Jakarta diguncang gempa hebat. Gempa berlangsung sangat kencang dan kuat. Guncangan berlangsung selama tiga perempat jam. Gempa tersebut merenggut setidaknya 28 nyawa manusia. Sebanyak 21 rumah dan 29 lumbung hancur.
Saat itu Nusantara masih diduduki VOC-Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Willem van Outhoorn (1691-1704).
Saat itu, Gunung Salak meletus. Dari puncaknya setinggi dua ribu meter, gunung itu menyemburkan abu dan batu. Ribuan kubik lumpur muncrat. Puluhan ribu pohon tumbang, menyumbat aliran Sungai Ciliwung, membekap kali dan tanggul di Batavia.
Banjir lumpur tak terelakkan. Oud Batavia mendadak menjadi rawa. Dilaporkan 28 orang tewas, 49 gedung batu nan kokoh hancur, hampir semua rumah mengalami kerusakan.
Diduga, pusat gempa saat itu ada di selatan Batavia, gempa seismik. Pusat gempa bumi belum bisa dipastikan, ada pendapat yang memperkirakan gempa tersebut berpusat di suatu tempat antara Cisalak hingga Lampung. Perkiraan lainnya, gempa bumi terjadi akibat tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang termasuk dalam Zona Megathrust.
2. Gempa bumi Jawa 1780.
22 Januari 1780 terjadi gempa bumi terbesar yang pernah melanda Pulau Jawa saat pendudukan Hindia Belanda. Magnitudo gempa diperkirakan mencapai sebesar 8.5. Gempa tersebut terjadi di Selat Sunda segmen Selatan Jawa.
Gempa ini merupakan gempa di Palung Jawa. Tingkat konvergensi total melintasi Palung Jawa adalah sekitar 6 sampai 7 cm per tahun, lebih tinggi dari kebanyakan zona subduksi utama lainnya di wilayah tersebut.
Gempa tersebut merobohkan gedung-gedung di Bogor, Banten dan Batavia. 27 gudang runtuh di kota karena goncangan, Sebuah observatorium di kota setinggi 24 meter yang dibangun pada 1765 itu rusak parah dan terbengkalai setelah gempa. Gempa tersebut diduga memicu peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Salak dan Gunung Pangrango.
3. Gempa Besar Bantul atau Yogyakarta 1867.
Gempa ini diperkirakan memiliki magnitudo sekitar 8,5 hingga 8,8. Bantul dan sekitarnya menjadi pusat kerusakan yang parah, dengan ribuan jiwa kehilangan nyawa dan banyak bangunan hancur.
Pada 10 Juni 1867, gempa besar mengguncang Jawa. Kala itu, korban jiwa mencapai 300 orang.
Tak hanya di Jogja, kerusakan akibat gempa juga terjadi daerah-daerah lain seperti Cirebon, Pekalongan, Banyumas, Semarang, dan Surakarta. Bahkan gempa juga dirasakan sampai di ibukota Batavia.
Perkebunan nila dan pabrik gula rusak parah di Yogyakarta, demikian pula dengan rumah-rumah dan fasilitas militer di sana. Tak hanya nyawa manusia, kematian juga dialami hewan-hewan ternak seperti kerbau. Sejumlah bangunan seperti keraton dan Taman Sari juga hancur karenanya.
4. Gempa Jawa, 1943.
Pada 23 Juli 1943, gempa dengan kekuatan 7 skala Richter mengguncang Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kala itu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang.
Gempa menyebabkan 213 orang tewas dan lebih dari 3.900 lainnya cedera. Lebih dari 12.600 rumah roboh. Gempa ini menyebabkan kerusakan di Jawa Tengah, Garut, dan Surakarta. Di wilayah Bantul, sebanyak 31 orang tewas, 564 orang luka-luka, dan 2.682 rumah roboh.
5. Gempa Besar Cilacap, 1957.
Gempa yang terjadi di Cilacap pada tahun 1957 juga menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah Pulau Jawa. Dengan magnitudo sekitar 6,5, gempa ini menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kerusakan yang signifikan terhadap infrastruktur dan pemukiman di sekitarnya. Meskipun tidak sebesar gempa-gempa lainnya, dampaknya tetap terasa dalam ingatan kolektif masyarakat Jawa.
6. Gempa Bumi dan Tsunami Jawa Timur, 1994.
Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994 adalah bencana gempa bumi tektonik yang berpusat di Samudra Hindia yang terjadi pada tanggal 2 Juni 1994 sekira pukul 01:17 WIB, gempa dirasakan diseluruh wilayah Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah.
Gempa dengan kekuatan mencapai skala Richter 7,8 memicu gelombang tsunami di pantai selatan Jawa Timur. Gempa terjadi akibat persegeseran gempa tektonik di Samudra Hindia. Gelombang gergasi yang menerjang liar mengakibatkan kerusakan total di pemukiman pesisir.
Tsunami datang 2 jam berselang sejak gempa bumi tersebut terjadi, gelombang tsunami kemudian menghantam pesisir pantai selatan Jawa Timur bagian timur tepatnya di wilayah kabupaten Banyuwangi pada 3 Juni 1994 dini hari .
Daerah-daerah pesisir selatan di Kabupaten Banyuwangi seperti Pantai Plengkung, Pantai Pancer dan Pantai Rajegwesi rata dengan tanah. Korban meninggal diperkiraan mencapai 215 jiwa. Salah satu faktor jatuhnya korban jiwa adalah karena peristiwa tersebut terjadi pada dini hari di mana banyak warga yang masih tertidur lelap.
7. Gempa Besar Yogyakarta 2006.
Terjadi pada tanggal 27 Mei 2006, gempa dengan kekuatan 5,9 skala Ritcher atau 6,3 skala Richter ini mengguncang daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Lebih dari 5.700 orang tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. Kerugian materiil juga sangat besar, dengan ribuan rumah dan bangunan lainnya hancur atau rusak parah.
Gempa terjadi dengan kedalaman 7,5 km di dekat permukaan di sepanjang patahan di Lempeng Sunda, sekitar 20 km selatan-tenggara Yogyakarta.
Rumah-rumah di wilayah selatan rata dengan tanah. Banyak manusia bergelimpangan di pinggir jalan. Setidaknya 3.000 nyawa melayang di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, dari total 6.234 hidup manusia yang terampas.
Jaringan listrik dan komunikasi terputus, warga takut kembali ke rumah. Sebagian karena isu tsunami yang dihembuskan pihak tak bertanggung jawab. Mereka mengungsi ke masjid, gereja, dan rumah sakit. Jumlah pengungsi mencapai 200.000 orang.
8. Gempa Besar Pangandaran, 2006.
Tahun 2006 juga terjadi Gempa Pangandaran yang mengguncang pantai selatan Pulau Jawa. Dengan magnitudo 7,7 skala Ritcher , gempa ini menyebabkan gelombang tsunami lokal yang menewaskan lebih dari 600 orang dan melukai ribuan lainnya. Pangandaran dan daerah sekitarnya mengalami kerusakan yang parah, termasuk infrastruktur pariwisata yang penting bagi ekonomi lokal.
Gempa besar itu memicu terjadinya tsunami. Lebih dari 600 orang tewas dalam musibah itu. Pangandaran menjadi wilayah terdampak terparah. Tsunami terjadi sekitar 15 menit usai gempa. Luapan air menyebabkan banyak rumah warga di sepanjang pantai barat Pangandaran hancur.
9. Gempa Tasikmalaya, 2009.
Gempa dengan kekuatan 7,3 skala Richter mengguncang Tasikmalaya pada Rabu 2 September 2009 pukul 14.55 WIB. Gempa tektonik tersebut terjadi akibat tumbukan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Gempa memicu kerusakan di sekitar episentrum. Salah satu daerah terdampak paling parah adalah Kabupaten Cianjur, di mana tanah longsor yang dipicu gempa menewaskan 40 orang.
Sejumlah orang juga dikabarkan meninggal dunia akibat tertimpa puing-puing bangunan yang roboh di Tasikmalaya dan Sukabumi. Gedung-gedung tinggi di Jakarta yang berjarak 200 km dari pusat gempa pun bergoyang hebat karenanya.
Ribuan orang di ibu kota berlarian keluar dari gedung-gedung tinggi juga pusat perbelanjaan. Total, bempa mengakibatkan 80 orang meninggal dunia, 47 lainnya hilang, sementara 1.250 warga luka-luka.
Pembelajaran dan Persiapan untuk Masa Depan.
Melalui serangkaian gempa yang mengguncangnya selama berabad-abad, Pulau Jawa telah belajar banyak tentang pentingnya persiapan, mitigasi, dan reaksi terhadap bencana alam. Pemerintah dan masyarakat terus bekerja sama untuk meningkatkan infrastruktur yang tahan gempa, memperkuat bangunan, dan meningkatkan kesadaran akan resiko bencana. Sejarah gempa-gempa besar ini juga mengingatkan kita akan kerapuhan manusia di hadapan kekuatan alam, serta pentingnya solidaritas dan kerjasama dalam menghadapi tantangan yang tidak terduga.
Sejarah gempa besar di Pulau Jawa adalah cerminan dari ketahanan dan semangat pemulihan yang menginspirasi. Dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, kisah-kisah ini memperkuat tekad untuk terus beradaptasi, berkembang, dan membangun masyarakat yang lebih tangguh secara bersama-sama.
Sumber :
https://tekno.tempo.co/read/1471512/bmkg-beberkan-sejarah-gempa-besar-di-selatan-jawa-simak-catatannya
https://www.liputan6.com/global/read/3198110/7-gempa-mematikan-ini-pernah-mengguncang-pulau-jawa?page=8
https://tirto.id/sejarah-gempa-bumi-1699-yang-mengguncang-banten-dan-jakarta-efyn
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5529327/pernah-diguncang-9-gempa-dahsyat-selatan-jatim-juga-3-kali-diterjang-tsunami.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_dan_tsunami_Jawa_Timur_1994
https://www.merdeka.com/jateng/7-gempa-besar-yang-pernah-terjadi-di-pulau-jawa-ada-yang-sebabkan-tsunami.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Jawa_1780
https://earthweb.ess.washington.edu/tsunami/specialized/events/eastjava/pancer94str.html
No comments:
Post a Comment