Kehidupan sering kali memberikan kita dilema yang sulit. Salah satu dilema itu adalah ketika kita dihadapkan pada sesuatu yang terlihat begitu indah, begitu memukau, namun di balik keindahannya, ada rasa sakit yang terus-menerus kita rasakan. Mungkin itu hubungan yang tampaknya ideal di mata orang lain, pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan, atau lingkungan sosial yang terlihat sempurna. Seperti sebuah jendela dengan pemandangan yang memukau, tetapi angin yang berhembus darinya membawa dingin menusuk yang menyakitkan, kita sering kali terjebak dalam kebingungan antara tetap bertahan atau menutupnya untuk selamanya.
Mengapa kita sulit untuk menutup jendela itu? Jawabannya sering kali terletak pada harapan. Kita berharap rasa sakit itu hanya sementara, bahwa angin dingin itu akan berhenti, dan kita bisa menikmati pemandangan tanpa terganggu. Kita menciptakan seribu alasan untuk bertahan, meyakinkan diri sendiri bahwa luka yang kita rasakan akan sembuh dengan waktu. Padahal, setiap hari jendela itu tetap terbuka, dan setiap hari pula kita terus terluka, meski kita berusaha keras menyangkalnya.
Menutup jendela yang menyakitimu bukan berarti menyerah atau lari dari kenyataan. Sebaliknya, itu adalah bentuk keberanian dan cinta terhadap diri sendiri. Kita sering kali diajarkan untuk bertahan, untuk mengorbankan diri demi sesuatu yang terlihat indah dari luar. Namun, tidak ada yang lebih berharga daripada ketenangan jiwa dan kesehatan emosional kita. Menutup jendela berarti memilih untuk melindungi diri dari rasa sakit yang tidak perlu, meskipun keputusan itu terasa berat dan meninggalkan bekas yang mendalam.
Kadang-kadang, kita terjebak dalam pola pikir bahwa melepaskan sesuatu adalah kegagalan. Kita takut bahwa dengan menutup jendela itu, kita akan kehilangan kesempatan yang tak tergantikan. Tapi mari kita renungkan: apakah kebahagiaan sejati berasal dari bertahan dalam situasi yang menyakitkan? Atau mungkin kebahagiaan itu muncul ketika kita berani mengambil langkah untuk melindungi diri kita sendiri, meskipun itu berarti meninggalkan sesuatu yang terlihat memukau?
Penting untuk diingat bahwa tidak semua yang terlihat indah itu baik untuk kita. Pemandangan yang memukau dari sebuah jendela tidak sebanding dengan kedamaian dan ketenangan yang bisa kita temukan ketika kita berada dalam ruang yang benar-benar melindungi kita. Menutup jendela yang menyakitkan mungkin akan membuat kita merasa kehilangan untuk sementara waktu, tetapi itu juga membuka peluang untuk menemukan sesuatu yang jauh lebih baik—sesuatu yang tidak hanya indah di luar, tetapi juga memberi kehangatan dan kenyamanan di dalam.
Menutup jendela juga merupakan simbol dari keberanian untuk melepaskan. Tidak semua hal dalam hidup ini harus kita perjuangkan. Ada kalanya, melepaskan adalah jalan terbaik untuk maju. Ketika kita menutup jendela yang menyakitkan, kita memberi ruang bagi diri kita untuk menyembuhkan luka, untuk tumbuh, dan untuk menemukan kebahagiaan yang sejati.
Hidup ini adalah perjalanan yang penuh dengan pilihan. Memilih untuk menutup jendela yang menyakitimu adalah langkah untuk meraih kebahagiaan yang lebih besar. Ingatlah, kebahagiaan sejati bukan tentang memiliki semua yang terlihat indah, tetapi tentang memiliki kedamaian di hati. Tutup jendela itu dengan keyakinan bahwa kehidupan memiliki sesuatu yang jauh lebih baik untuk ditawarkan, di tempat di mana kamu tidak perlu terus terluka hanya demi menikmati pemandangan.
No comments:
Post a Comment