Nakal Tidak Keren, Bukankah Taat Lebih Keren?
Sukma Ayu Imanda, Alumus MAN 2 Banyuwangi.
MASA remaja adalah masa pertengahan antara kanak-kanak dan dewasa. Remaja tidak bisa lagi dikatakan sebagai anak-anak, dan belum pantas jika dikatakan dewasa. Remasa sangat membutuhkan tuntunan dan bimbingan untuk memahami diri sendiri yang penuh sikap egois, dan rasa keingintahuan yang tinggi.
Menurut WHO, remaja adalah penduduk berusia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, usia remaja 10-18 tahun. Masa remaja kerap dipandang sebagai masa penuh masalah, sulit diatur, dan nakal. Masa remaja adalah masa seseorang sedang mencari pola hidup yang paling sesuai dengan dirinya. Sering dilakukan dengan coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Menurut Dr. Aditya Suryansyah, hal itu umum terjadi karena anak sedang berada pada tahap tidak mengenal identitas diri sendiri. Anak akan mulai mencoba hal baru dalam hidupnya.
Adanya anggapan di kalangan remaja, bahwa remaja tidak keren bila tidak berani nakal. Itu membuat mereka cenderung tertantang untuk mencoba bersikap nakal. Contohnya sering melanggar aturan sekolah, merokok, bertengkar, tawuran, balap liar, mabuk, tidak menjaga batasan dengan lawan jenis, hingga berani melawan orang tua dan guru, serta banyak lagi kenakalan lainnya.
Sebagian remaja merasa hebat dan keren jika mendapat predikat paling nakal dibanding dengan anak lain. Pemikiran nakal itu keren itu perlu diubah. Karena pemikiran semacam ini akan berakibat buruk pada perilaku remaja. Bahkan, tidak sedikit dari mereka para remaja mengabaikan peringatan orang tua, dan melanggar aturan agamanya karena memiliki pemikiran bahwa dirinya tidak keren jika tidak nakal.
Agama yang seharusnya menjadi pegangan terkuat dalam bersikap, malah banyak diabaikan oleh para remaja. Mereka cenderung tidak menganggap penting taat terhadap aturan agama. Taat aturan agama dianggap merepotkan dan terlalu membatasi setiap tindakan yang mereka lakukan. Padahal, taat terhadap aturan agama akan berdampak baik bagi diri remaja. Terutama pembentukan akhlak, serta agama yang mengajarkan arti dan tujuan hidup.
Jika dibandingkan, bukankah sebenarnya remaja yang taat dengan agamanya terlihat lebih keren dibanding dengan remaja nakal yang berbuat semaunya tanpa berpikir. Mereka mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat hal yang buruk dan dapat merugikan diri dan orang lain. Mereka juga mampu menahan diri dari perbuatan yang dilarang agama. Serta selalu membiasakan diri untuk taat beribadah. Padahal pada masa itu remaja mempunyai kontrol diri yang lemah.
Banyak keutamaan bagi remaja yang taat beribadah. Salah satunya, kelak di akhirat pemuda taat yang menghabiskan masa muda dengan beribadah, akan mendapatkan naungan di Padang Mahsyar. Seperti dijelaskan pada salah satu hadis:
"Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda: Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis." (HR. al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no. 1031).
Sesuai dengan hadis tersebut, bukankah sayang sekali jika kita menghabiskan masa muda hanya untuk berbuat kenakalan. Remaja mempunyai peran penting dalam menentukan masa depan agama dan bangsa. Oleh karena itu, remaja harus diarahkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya untuk meneruskan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. Baik mental maupun spiritual.
Sebenarnya, kenakalan pada remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya yaitu pemahaman dasar-dasar agama yang kurang. Juga kurangnya kasih sayang dari orang tua. Selanjutnya kurang pengawasan orang tua. Dampak pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. Peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif, serta pemberian kebebasan yang berlebihan dari orang tua. Masalah yang dipendam sendiri tanpa seseorang yang menjadi tempat berkeluh kesah juga menyebabkan kenakalan.
Dalam penanganan masalah kenakalan remaja, penanaman nilai agama sangat penting. Pendidikan agama sejak dini dari keluarga, terutama orang tua akan sangat berpengaruh. Karena keluarga merupakan lingkungan awal pembentukan akhlak remaja. Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui pemberian teladan yang baik yang mengarah kepada perbuatan positif.
Orang tua seharusnya berusaha menciptakan suasana keluarga harmonis. Karena yang diperoleh anak dalam keluarga akan dibawa ke lingkungan masyarakat. Pemberian pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang juga perlu dilakukan. Contohnya orang tua boleh membiarkan anak melakukan apa saja, asal masih dalam batas wajar. Apabila anak telah melewati batas sewajarnya, maka orang tua perlu memberi tahu dampak dan akibat yang harus ditanggung.
Dalam masalah ibadah, tentu saja perlu ada pemaksaan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis : "Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (apabila mereka menolak) pada saat mereka berumur sepuluh tahun." (HR. Abu Dawud).
Ungkapan ini perlu dimaknai dengan bijak, karena makna ‘pukullah’ di sini tentu bukan melakukan hukuman kepada anak dengan kekerasan fisik. Tetapi orang tua harus menunjukkan konsekuensi yang sangat tegas, saat anak menolak untuk melaksanakan salat.
Penekanan pendidikan agama dan pendidikan moral di sekolah juga akan berpengaruh positif terhadap sikap remaja. Tak dapat dipungkiri, anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Jika mereka mendapatkan pendidikan agama dengan baik di sekolah, pasti akan berpengaruh positif terhadap remaja. Pendidikan agama bagi seorang remaja dapat membimbing, mengendalikan, dan memberi batasan atas segala tingkah laku remaja. Agama dapat mengendalikan dan mengarahkan remaja ke jalan yang baik, dan dapat menenteramkan jiwa remaja yang sering terguncang.
Remaja yang taat dalam beragama tidak mudah terjerumus pada hal yang tidak baik, lebih terarah hidupnya, dan lebih terjaga kesehatan jiwanya. Kesehatan jiwa remaja yang baik adalah kondisi di mana remaja secara batin dalam keadaan tenang dan bijak dalam bersikap.
Akhirnya, remaja yang memiliki kesadaran dalam pelaksanaan ajaran agama, akan menjalankan perbuatan yang diperintahkan oleh agama, dan menghindari perbuatan yang dilarang.
Sementara itu, remaja nakal yang menganggap dirinya keren, sebenarnya hanya akan merugikan diri sendiri. Masa depan yang tidak jelas. Mendapat citra yang buruk di masyarakat, serta menimbulkan kekecewaan orang tua.
Sumber :
https://radarbanyuwangi.jawapos.com/refleksi/75912747/nakal-tidak-keren-bukankah-taat-lebih-keren