BAHASA
Salah satu tips adalah kita harus pandai-pandai berbahasa. Tidak hanya sekedar pandai berbahasa, sekali lagi adalah kita harus pandai-pandai berbahasa. Karena bahasa adalah penentu dan pembeda kelas. Janganlah menggunakan bahasa dan cara bicara yang membuat orang baik tidak tertarik kepadamu.
Jika engkau menginginkan kehidupan dan pilihan belahan jiwa yang lebih berkelas, berbahasalah yang lebih baik.
Bahasa ini tidak hanya berkaitan dengan segala kata yang kita ucapkan secara lisan, namun juga bahasa yang kita tuangkan dalam tulisan. Jaga hati, jaga pikiran, jaga mulut dengan jari jarimu, karena mulutmu harimaumu.
Bahasa dapat bervariasi berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi bahasa yang terkait dengan tingkat dan kedudukan (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosakata, seperti kata mati untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
Di Bali, misalnya masyarakat yang memiliki kasta brahmana mengunakan kata “ngajeng” untuk aktivitas makan, sedangkan masyarakat sudra menggunakan kata “medaar” untuk aktivitas makan.
Bahasa kromo inggil dan kromo ngoko menurut Suwardi Endrawara ialah :
Kromo Inggil adalah bahasa yang digunakan dalam bahasa Jawa yang digunakan oleh seorang yang memiliki derajat dan status sosial rendah terhadap orang yang memiliki derajad dan status sosial yang lebih tinggi dengan tujuan untuk menghormati, sedangkan Kromo Ngoko ialah bahasa yang digunakan dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk strata sosial masyarakat umum atau oleh seorang bangsawan dan orang terhormat kepada bawahannya.
Pemakaian Bahasa Jawa, ada tingkatan pokok yang menjadi landasan dalam menerapkan dalam memakai bahasa tersebut. Yaitu bahasa Jawa kromo, madya, dan ngoko. Dimana bahasa Jawa Ngoko dianggap memiliki tingkat kesopanan berbahasa yang rendah yang biasanya digunakan oleh raja kepada rakyatnya atau priyayi kepada wong cilik (orang kecil), atau yang lebih mudahnya adalah orang tua kepada anak yang lebih muda.
Kemudian, sedikit yang lebih tinggi dari bahasa ngoko adalah madya, dimana bahasa ini digunakan dalam perbincangan pada tingkat menengah.
Menurut E.M. Uhlenbeck Bahasa Jawa Krama :
Kata Jawa Krama biasanya dipakai dalam buku tata bahasa Jawa untuk menyatakan substitusi sejumlah kata yang dahulu hanya boleh dipakai bila seorang pembicara menyapa seseorang yang menurut norma Jawa mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Dewasa ini, dimana hubungan sosial menjadi semakin kompleks sehingga status sosial para pemakai bahasa sukar untuk ditetapkan, bentuk ini juga dipergunakan dalam kasus dimana pembicara mempunyai kedudukan sosial yang sama atau bahkan yang lebih tinggi daripada lawan sapanya.
Biasanya digunakan oleh orang yang memiliki kedudukan atau usia yang setara. Dan yang dianggap paling tinggi dalam bahasa Jawa adalah bahasa kromo inggil, dimana bahasa kromo ini dianggap bahasa yang memiliki tingkat kesopanan paling tinggi yang biasanya digunakan oleh anak muda terhadap orang yang lebih tua dengan maksud sebagai pengungkapan sikap hormat.
Bahasa ngoko mencerminkan makna tak berjarak atau tak berjarak antara penutur atau seseorang yang mengajak berbicara dengan mitra tutur atau seseorang yang diajak berbicara. Makna tersebut mengisyaratkan adanya tingkat keakraban hubungan. Sehubungan dengan maknanya, maka fungsinya adalah untuk menunjukkan sifat hubungan yang akrab antara penutur dengan mitra tutur, sedangkan bahasa Kromo Inggil mencerminkan makna hormat antara penutur dengan mitra tutur.
Adapun makna tingkat tutur madya yaitu memiliki makna sedang. Pihak yang tingkat sosialnya lebih rendah, cenderung menggunakan tingkat bahasa yang lebih tinggi dalam berbicara, yaitu menggunakan bahasa kromo. Sedangkan pihak yang tingkat sosialnya lebih tinggi cenderung menggunakan tingkat bahasa yang lebih rendah, yaitu bahasa ngoko. Kromo Inggil yang menunjukkan adanya tingkatan kelas sosial seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dalam menggunakan bahasa mencerminkan kesopanan dan tata krama dalam pribadi seseorang tersebut.
Sumber :
https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2018/07/variasi-bahasa-bagian-kedua/
https://blog.unnes.ac.id/putriafra22/2017/12/03/perubahan-sosial-masyarakat-jawa-dalam-hal-bahasa-jawa/
https://journal.iaialhikmahtuban.ac.id/index.php/ijecie/article/download/36/35/
No comments:
Post a Comment