Pages

Saturday, December 16, 2023

Guru Toxic

Seorang guru harusnya mengajar bukan menghajar.

Guru harusnya memotivasi, bukan demotivasi.

Karena guru memegang peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Sehingga guru bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing, serta melatih dan mengevaluasi.

Namun ada beberapa guru yang justru bersikap semena-mena sehingga tidak layak dijadikan panutan, yang dikenal dengan istilah toxic teacher.

‘toxic’ merupakan kata dalam Bahasa Inggris yang berarti ‘racun’ Selain itu, ‘toxic’ juga memiliki makna ‘mengandung atau menjadi bahan beracun yang mematikan’, ‘sangat berbahaya’, ‘sangat menyakitkan’.

Dalam bahasa gaul, ‘toxic’ merujuk pada sifat atau perbuatan yang mengganggu atau merugikan orang lain. Memiliki makna yang negatif, kata ‘toxic’ ini biasanya disematkan pada hubungan antar individu, kelompok, atau komunitas.  

Ciri-ciri toxic teacher cenderung galak, sehingga akan muncul perasaan takut pada siswa ketika berhadapan dengan guru yang terkenal galak di sekolah. 

Hal ini membuat siswa menjadi was-was dan belajar di tengah rasa takut, layaknya sipir penjara.

Ciri berikutnya adalah guru yang suka menghukum siswa secara berlebihan. Padahal seorang guru selain belajar akademis, siswa juga perlu belajar mengenai kehidupan sosial. 

Ada baiknya guru berlaku seimbang, dimana guru menjalankan sistem penghargaan dan pujian. Jika siswa berhasil berprestasi, maka dia berhak menerima pujian. Dan jika melakukan kesalahan maka perlu mendapat hukuman, namun bukan memberi hukuman berlebihan. 

Saat menghukum, toxic teacher sebenarnya hanya ingin melampiaskan emosinya, bukan benar-benar mendidik siswa agar bisa belajar dari kesalahannya. 

Hukuman berlebihan ini bukan hanya tidak efektif, tetapi juga rentan membuat siswa trauma di masa depan. 

Guru toxic ini akan menjadi racun penghancur motivasi anak didik.

Hal-hal yang memicu guru berperilaku toxic di sebuah lembaga diantaranya adalah remunerasi guru yang rendah, ketidakpahaman, perilaku buruk, perilaku otoritatif, beban kerja yang berlebihan, bias gender dikalangan guru, kurangnya pelatihan dalam jabatan, dan budaya di sebuah lembaga. 

Perilaku destruktif pendidik yang secara negatif akan mempengaruhi interaksi antara guru dan siswa sehingga akan menghambat proses belajar siswa dan kesejahteraan psikologisnya di lembaga pendidikan. 

Guru yang hanya melarang dan mengkritik ini dan itu tanpa memberikan solusi terbaik malah akan menjurus ke perundungan. Terkadang kekerasan verbal terjadi pada sikap toxic guru yang satu ini bahkan tanpa disadarinya. 

Guru toxic bukan hanya membuat peserta didik tidak nyaman di kelas, guru lain pun akan merasa terganggu dengan kehadirannya, lebih-lebih kepala sekolah akan mendapatkan kesulitan yang seharusnya tidak ada dalam menata keharmonisan dan kondusifitas tempat kerja guru, yakni sekolah.

Sosok guru sebagai panutan peserta didik seharusnya tidak memiliki kesepuluh ciri di atas. Karena sepuluh ciri di atas sangat tidak bisa diteladani oleh peserta didik.

Guru adalah sosok yang layak digugu dan ditiru kemampuan ilmunya, keterampilannya dan akhlaknya.

Guru harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik. Seorang pendidik atau guru yang ideal harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan siswa, orang tua siswa, dan rekan kerja. Kemampuan ini sangat penting dalam mengajar dan membangun hubungan yang baik dengan semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan.

Terkadang seorang guru mengalami hal-hal yang membuat dirinya merasa tertekan karena banyaknya tuntutan pekerjaan seperti administrasi, tugas tambahan guru yang mengharuskan selesai tepat waktu sesuai deadline yang singkat dan mendadak, belum lagi permasalahan yang dialami murid di kelas dan lingkungan kerja sehingga menjadi pribadi toxic. 

Apabila kesehatan mental seorang guru terganggu, tentu akan menghambat pula terhadap tugas dan tanggung jawabnya di kelas. 

Akhirnya, murid menjadi tidak maksimal dalam belajarnya atau bahkan menjadi dampak emosi yang tak terkendali dari seorang guru yang kesehatan mentalnya terganggu. 

Maka, dalam ini sangat diperlukan guru yang senantiasa menuntun dan membimbing murid untuk mencapai tujuannya, memberikan keteladanan yang baik, memberikan pendidikan yang berpihak pada murid, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. 

Friday, November 24, 2023

Sang Introvert

Salah satu pengelompokkan tipe kepribadian yang paling populer adalah ekstrovert dan introvert. Teori ini dipopulerkan oleh Carl Jung di akhir dekade 70-an. Carl Jung mengelompokkan orang ke dalam dua tipe berdasarkan tingkah laku sosialnya.

Ekstrovert cenderung sangat suka berinteraksi dan bergaul dengan orang lain, sedangkan introvert adalah tipe orang yang berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang lain. 

Introvert adalah tipe orang yang cenderung berhati-hati dan berpikir saat berinteraksi dengan orang lain. Mereka cenderung lebih menutup diri dari kehidupan luar. Orang yang bertipe introvert lebih menyukai tempat sepi dan tenang daripada keramaian. 

Hal-hal yang membahagiakan, bisa datang dari sesuatu yang dinilai simpel bagi sebagian orang, namun ternyata bisa begitu menyenangkan bagi para introvert. Introvert dikenal paling suka menghabiskan waktunya sendiri untuk mengisi energinya, berfokus pada pikiran dan ide sendiri, dan ini memungkinkan nggak ada yang mendistraksi dia.

Para introvert lebih suka kalau kamu ada perlu, maka mengirimkan teks saja alih-alih langsung menelepon. Tapi bukannya anti-telepon sama sekali ya, dikutip dari Psychology Today, sebelum menelepon kamu bisa mengirimkan teks berisi alasan kenapa kamu mesti meneleponnya dulu. Sebab, introvert memerlukan waktu untuk mempersiapkan diri untuk membahas via telepon.

Sebagai seorang introver, kamu mungkin setuju jika menghabiskan waktu sendirian terasa nyaman dan menyenangkan. Namun ternyata di balik kebiasaan ini ada kelebihan tersembunyi yang terkadang nggak kamu sadari. Introver yang cenderung suka menghabiskan waktu sendirian malah membantu mereka untuk menginkubasi kreativitas.

Introvert atau orang yang sifatnya lebih condong ke perasaan serta pikiran dibandingkan bersosialisasi dengan orang lain atau dunia luar sering dipandang sebelah mata bagi sebagian orang.

Itu gak lepas dari kemampuan interaksi mereka yang masih dibawah daripada orang yang berkepribadian ekstrovert atau sebaliknya. Tapi yang perlu dicatat disini adalah mereka bukan berarti anti bersosialisasi. Hanya aja lebih sering berpikir dulu sebelum mengeluarkan kata-kata dari mulut.

Ide-ide gila mendunia anehnya didapat ketika seseorang sedang sendirian. Ketika jiwa seseorang tenang dan sendiri itulah yang memicu ide-ide besar, ikonik, seperti Albert Einstein dan Isaac Newton lakukan.

Mereka lebih cenderung menyendiri, tertutup atau memiliki sifat introvert.

Seorang introvert memiliki kebiasaan menghabiskan waktu lebih banyak untuk mendengarkan daripada berbicara. Nah, sehingga hal tersebut membuat kamu jadi mengerti, sangat mengerti, tentang keadaan orang lain. 

Orang introvert paham apa yang membuat orang lain kesal, sedih, marah atau bahagia karena kita lebih sering mendengarkan detail – detail kecil ketika orang lain bercerita. Mampu mengerti secara lebih baik dalam tentang siapa sebenarnya orang lain dan mengerti apa permasalahannya sehingga bisa membantu orang lain adalah sebuah anugerah bagi seorang introvert.

Saturday, September 2, 2023

Taat Itu Keren

Nakal Tidak Keren, Bukankah Taat Lebih Keren?

Sukma Ayu Imanda, Alumus MAN 2 Banyuwangi.


MASA remaja adalah masa pertengahan antara kanak-kanak dan dewasa. Remaja tidak bisa lagi dikatakan sebagai anak-anak, dan belum pantas jika dikatakan dewasa. Remasa sangat membutuhkan tuntunan dan bimbingan untuk memahami diri sendiri yang penuh sikap egois, dan rasa keingintahuan yang tinggi.

Menurut WHO, remaja adalah penduduk berusia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, usia remaja 10-18 tahun. Masa remaja kerap dipandang sebagai masa penuh masalah, sulit diatur, dan nakal. Masa remaja adalah masa seseorang sedang mencari pola hidup yang paling sesuai dengan dirinya. Sering dilakukan dengan coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.

Menurut Dr. Aditya Suryansyah, hal itu umum terjadi karena anak sedang berada pada tahap tidak mengenal identitas diri sendiri. Anak akan mulai mencoba hal baru dalam hidupnya.

Adanya anggapan di kalangan remaja, bahwa remaja tidak keren bila tidak berani nakal. Itu membuat mereka cenderung tertantang untuk mencoba bersikap nakal. Contohnya sering melanggar aturan sekolah, merokok, bertengkar, tawuran, balap liar, mabuk, tidak menjaga batasan dengan lawan jenis, hingga berani melawan orang tua dan guru, serta banyak lagi kenakalan lainnya.

Sebagian remaja merasa hebat dan keren jika mendapat predikat paling nakal dibanding dengan anak lain. Pemikiran nakal itu keren itu perlu diubah. Karena pemikiran semacam ini akan berakibat buruk pada perilaku remaja. Bahkan, tidak sedikit dari mereka para remaja mengabaikan peringatan orang tua, dan melanggar aturan agamanya karena memiliki pemikiran bahwa dirinya tidak keren jika tidak nakal.

Agama yang seharusnya menjadi pegangan terkuat dalam bersikap, malah banyak diabaikan oleh para remaja. Mereka cenderung tidak menganggap penting taat terhadap aturan agama. Taat aturan agama dianggap merepotkan dan terlalu membatasi setiap tindakan yang mereka lakukan. Padahal, taat terhadap aturan agama akan berdampak baik bagi diri remaja. Terutama pembentukan akhlak, serta agama yang mengajarkan arti dan tujuan hidup.

Jika dibandingkan, bukankah sebenarnya remaja yang taat dengan agamanya terlihat lebih keren dibanding dengan remaja nakal yang berbuat semaunya tanpa berpikir. Mereka mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat hal yang buruk dan dapat merugikan diri dan orang lain. Mereka juga mampu menahan diri dari perbuatan yang dilarang agama. Serta selalu membiasakan diri untuk taat beribadah. Padahal pada masa itu remaja mempunyai kontrol diri yang lemah.

Banyak keutamaan bagi remaja yang taat beribadah. Salah satunya, kelak di akhirat pemuda taat yang menghabiskan masa muda dengan beribadah, akan mendapatkan naungan di Padang Mahsyar. Seperti dijelaskan pada salah satu hadis:

"Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda: Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis."  (HR. al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no. 1031).

Sesuai dengan hadis tersebut, bukankah sayang sekali jika kita menghabiskan masa muda hanya untuk berbuat kenakalan. Remaja mempunyai peran penting dalam menentukan masa depan agama dan bangsa. Oleh karena itu, remaja harus diarahkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya untuk meneruskan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. Baik mental maupun spiritual.

Sebenarnya, kenakalan pada remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya yaitu pemahaman dasar-dasar agama yang kurang. Juga kurangnya kasih sayang dari orang tua. Selanjutnya kurang pengawasan orang tua. Dampak pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. Peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif, serta pemberian kebebasan yang berlebihan dari orang tua. Masalah yang dipendam sendiri tanpa seseorang yang menjadi tempat berkeluh kesah juga menyebabkan kenakalan.

Dalam penanganan masalah kenakalan remaja, penanaman nilai agama sangat penting. Pendidikan agama sejak dini dari keluarga, terutama orang tua akan sangat berpengaruh. Karena keluarga merupakan lingkungan awal pembentukan akhlak remaja. Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui pemberian teladan yang baik yang mengarah kepada perbuatan positif.

Orang tua seharusnya berusaha menciptakan suasana keluarga harmonis. Karena yang diperoleh anak dalam keluarga akan dibawa ke lingkungan masyarakat. Pemberian pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang juga perlu dilakukan. Contohnya orang tua boleh membiarkan anak melakukan apa saja, asal masih dalam batas wajar. Apabila anak telah melewati batas sewajarnya, maka orang tua perlu memberi tahu dampak dan akibat yang harus ditanggung.

Dalam masalah ibadah, tentu saja perlu ada pemaksaan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis : "Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (apabila mereka menolak) pada saat mereka berumur sepuluh tahun." (HR. Abu Dawud).

Ungkapan ini perlu dimaknai dengan bijak, karena makna ‘pukullah’ di sini tentu bukan melakukan hukuman kepada anak dengan kekerasan fisik. Tetapi orang tua harus menunjukkan konsekuensi yang sangat tegas, saat anak menolak untuk melaksanakan salat.

Penekanan pendidikan agama dan pendidikan moral di sekolah juga akan berpengaruh positif terhadap sikap remaja. Tak dapat dipungkiri, anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Jika mereka mendapatkan pendidikan agama dengan baik di sekolah, pasti akan berpengaruh positif terhadap remaja. Pendidikan agama bagi seorang remaja dapat membimbing, mengendalikan, dan memberi batasan atas segala tingkah laku remaja. Agama dapat mengendalikan dan mengarahkan remaja ke jalan yang baik, dan dapat menenteramkan jiwa remaja yang sering terguncang.

Remaja yang taat dalam beragama tidak mudah terjerumus pada hal yang tidak baik, lebih terarah hidupnya, dan lebih terjaga kesehatan jiwanya. Kesehatan jiwa remaja yang baik adalah kondisi di mana remaja secara batin dalam keadaan tenang dan bijak dalam bersikap.

Akhirnya, remaja yang memiliki kesadaran dalam pelaksanaan ajaran agama, akan menjalankan perbuatan yang diperintahkan oleh agama, dan menghindari perbuatan yang dilarang.

Sementara itu, remaja nakal yang menganggap dirinya keren, sebenarnya hanya akan merugikan diri sendiri. Masa depan yang tidak jelas. Mendapat citra yang buruk di masyarakat, serta menimbulkan kekecewaan orang tua.


Sumber :

https://radarbanyuwangi.jawapos.com/refleksi/75912747/nakal-tidak-keren-bukankah-taat-lebih-keren

Friday, September 1, 2023

Pena lebih Tajam daripada Pedang

"Pena lebih tajam daripada pedang" (bahasa Inggris: The pen is mightier than the sword adalah pepatah metonimik yang pertama kali diungkapkan oleh penulis Britania Raya Edward Bulwer-Lytton pada tahun 1839, pepatah ini menunjukkan bahwa kata-kata tertulis (merujuk pada pena) adalah alat yang lebih efektif untuk berkomunikasi daripada menggunakan kekerasan. Dalam beberapa interpretasi, komunikasi tertulis dapat merujuk pada kekuasaan administratif atau media berita independen. Peribahasa ini dalam bahasa Indonesia juga dimaknai sebagai sebuah nasihat untuk selalu hati-hati dalam dalam berkata-kata.

Ungkapan ini pertama ditulis oleh penulis Inggris Edward Bulwer-Lytton pada tahun 1839 dalam dramanya Richelieu; Atau Konspirasi.

  • True, This! —
  • Beneath the rule of men entirely great
  • The pen is mightier than the sword. Behold
  • The arch-enchanters wand! — itself is nothing! —
  • But taking sorcery from the master-hand
  • To paralyse the Cæsars, and to strike
  • The loud earth breathless! — Take away the sword —
  • States can be saved without it!


Tutur bijak mengatakan bahasa dan kata-kata adalah senjata bagi seorang wartawan untuk mengungkap teka-teki yang terbukam hingga menuai jawaban pasti.

Ada sebuah perumpamaan yang menginspirasi. "Biar peluru menembus kulit, dan meradang menerjang luka, bisa berlari hingga hilang pedih dan perih. Jika sebuah pedang hanya dapat menusuk satu orang berbeda dengan kata atau bahasa bentuk kalimat dapat membunuh atau dirasakan ratusan bahkan ribuan orang dengan lebih kejam," demikian tutur bijak.

Senjata tidak lagi digunakan sebagai penjaga rakyat, karena kejujuran dan keadilanlah yang harus menjaganya. Sejarah selalu membuktikan bahwa revolusi pena selalu membawa dampak yang lebih baik.

Kalau saya analogikan, pena seorang wartawan itu lebih tajam dibanding peluru. Karena 1 peluru itu hanya mengenai 1 musuh, tetapi kalau wartawan satu tulisan tinta pena sasarannya bisa jutaan manusia.

Jadi begitu luas dampak yang diberikan oleh seorang jurnalis atau wartawan. Bagaimana dia bekerja menulis sesuatu akan berdampak luas.

Jika mengutip dari berbagai sumber refrensi. Napoleon Bonaparte yang pernah berkuasa di Francis pada abad ke -- 18, pernah mengeluarkan pendapatnya mengenai wartawan ketika dirinya terus dirongrong oleh jurnalis atas kebijakannya saat itu.

"Pena - wartawan lebih tajam daripada sebilah pedang karena itu saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet," tutur Napoleon Bonaparte kala itu.

Dari  ungkapan tersebut jelas betapa jurnalis atau wartawan memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga seorang Napoleon yang sangat berkuasa begitu ketakutan dengan tajamnya kata dan kalimat wartawan saat itu.

Masa kini ketajaman pena wartawan terus menjadi momok bagi sebagian orang apalagi mereka yang sedang berkuasa dan tidak mau dikritik atas kebijakannya. Jurnalis sendiri memiliki beberapa fungsi seperti melakukan edukasi, menghibur, mempengaruhi pendapat masyarakat sekaligus sebagai kontrol sosial bagi para penguasa termasuk masyarakat umum.

Sejak kelahirannya, eksistensi pers/jurnalis selalu diuji. Ini bukan hanya soal keberlanjutannya, melainkan juga soal perannya. Peran kontrol sosial membawa konsekuensi soal independensi. Pers tidak boleh berpihak, kecuali pada kebenaran.

Maka wajar jika pers menjadi pengkritik keras segala isu. Namun, perkembangan pers menunjukkan mudahnya kritisme berubah menjadi pemberitaan negatif, bahkan sensasional. Akibatnya, adagium terkenal dari industri pers ialah bad news is good news atau bad news sells.

Meski tugas berat sebagai jurnalis untuk menerima tantangan di lapangan karena berbagai problem dihadapi. Yakinlah ketika sensor berkuasa, ketika kekuasaan menindas akal sehat, maka jurnalisme harus melawan.

Karena tugasnya Jurnalis yang sangat mulia membuat para pembacanya bisa menjadi saksi sejarah, karya fiksi memberi kesempatan kepada pembacanya untuk menghidupkannya.

Saya teringat pada catatan pendek Gilbert Keith Chesterton seorang Penulis dari Inggris (1874-1936) pernah mengungkapkan bahwa tugas wartawan menjalankan peliputan serta menulis itu berat karena mengungkap  hal fiksi menjadi fakta.

"Jurnalis itu populer, tetapi populer terutama sebagai fiksi. Hidup adalah satu dunia, dan kehidupan yang terlihat di koran adalah dunia lain," katanya.

Sedangkan, Alvin Toffler seorang Penulis dan Futurolog Amerika dikutip tulisan pendeknya mengatakan buta aksara itu bukan milik mereka yang tak bisa membaca dan menulis, melainkan bagi mereka yang tidak ingin belajar.

"Buta huruf tentang masa depan bukan bagi mereka yang tidak bisa membaca atau menulis. Tapi mereka yang tidak bisa belajar, meninggalkan belajar, dan mengulangnya," femikian kutipan ucapan Alvin Toffler dalam catatan pendek.

Meski sekarang banyak peresepsi soal jurnalis terkait pemberitaan. Namun, jangan pernah merasa turun pamor atau naik gengsi dengan menjadi seorang wartawan, untuk terus menjalankan profesi tersebut.

Menjadi seorang wartawan bukanlah hal yang mudah karena dibutuhkan passion yang hebat dalam hal kesungguhan menggali informasi. Ketika seorang jurnalis sudah turun lapangan maka di situlah dia berjuang dengan segenap upaya untuk mendapatkan informasi yang berharga di tengah masyarakat.

Bertepan hari Pers 9 Februari 2022. Sejak kelahirannya, eksistensi pers selalu diuji. Ini bukan hanya soal keberlanjutannya, melainkan juga soal perannya. Peran kontrol sosial membawa konsekuensi soal independensi. Pers tidak boleh berpihak, kecuali pada kebenaran. Maka wajar jika pers menjadi pengkritik keras segala isu.

Eksistensi jurnalis belakangan ini mendongkrak kemajuan. Goresan tulisan dan peryanyaan menggelitik dirasakan seperti tembakan peluru.

Misalnya, pengakuan Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengaku bahwa dirinya lebih takut jika ditodong pertanyaan oleh wartawan ketimbang ditodong senjata api.

Pengakuan tersebut disampaikan mantan Panglima TNI itu dalam peringatan webinar peringatan Hari Pers Nasional 2021 lalu yang digelar secara virtual, Minggu (7/2/2021).

"Tiga bulan awal saya di KSP itu jujur keringat saya cukup banyak, waktu itu saya tidak takut ditodong apalagi ditodong senjata, saya tidak takut, tetapi todongan-todongan wartawan ini lebih cepat, lebih tajam," kata Moeldoko.

Perjuangan seorang jurnalis akan terasa sangat berat ketika menghadapi perlawanan karena pekerjaan tidak mudah dan juga tidak menyenangkan.

Dari perpustakaan buku-buku di zaman kita, ragamnya begitu banyak, dan mereka mengikuti begitu cepat dari jurnalis sehingga orang harus menjadi pembaca yang cepat untuk memperkenalkan dirinya bahkan dengan judul-judulnya.

Perkembangan saat ini. Walau seorang jurnalis bukanlah profesi yang bisa membuat seseorang kaya dalam waktu instan, profesi inilah yang berkontribusi besar dalam kemajuan demokrasi suatu negara.

Tugasnya memang mengungkap fakta dan mengoreksi. Tapi mengkritiklah dengan membangun menggunakan solusi bukan semata karena sensi. Lakukan hal terbaik sebagai jurnalis. Yang terpenting seorang jurnalis harus berlaku independen dan terbebas dari belenggu cengkraman kekuasaan baik itu yang berasal dari pemerintah ataupun swasta.

Wartawan, atau jurnalis adalah profesi yang melakukan aktivitas jurnalistik yang menghasilkan berita baik dalam bentuk tulisan, video atau audio yang dikirimkan ke media massa. Profesi ini biasanya turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang dicari kemudian melaporkannya kepada lembaga pers.

Dengan bahasa yang kian menggelitik, penuh bumbu-bumbu yang menggoda pembaca tentu menjadi instrumen bahwa bahasa itu ibarat senjata dan kata adalah peluruh. Jika menembak seseorang dengan pemberitaan akan membuat gemetar hingga korban.

Selain dilindungi oleh UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.  Oleh sebab itu setiap wartawan dituntut tetap memegang kode etik.

Menjadi wartawan juga tidak gampang. Pertanggungjawabannya dunia akhirat. Selain itu, guna meningkatkan profesionalitas wartawan maka diharuskan setiap wartawan mengikuti Ujian Kompetensi Wartawan (UKW).

Setiap orang yang dirugikan akibat pemberitaan diberikan hak jawab yaitu hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

Hak jawab digunakan ketika pemberitaan di media, baik media cetak, media siber, maupun media elektronik, bertolak belakang dengan fakta yang terjadi dan mencemarkan nama baik seseorang atau sekelompok orang.

Ketika hak jawab diberikan pers memiliki hak koreksi yakni hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh wartawan, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

Mengutip tulisan di berbagai opini. Peran jurnalis selalu diuji. Dengan kata lain, kabar buruk lebih menjual jika dibandingkan dengan kabar baik. Meski telah mampu menghidupkan industri, candu pemberitaan negatif juga menjadi bumerang.

Sudah beberapa dekade ini timbul apatisme masyarakat global akibat kejengahan akan berita-berita muram itu. Hasilnya, media arus utama yang mulai ditinggalkan.

Bagaimanakah wujud kontrol sosial itu dalam kegentingan dunia saat ini? Pertanyaan itu tidak berlebihan. Sebab, tanggung jawab pers sebenarnya tidak lebih ringan dari mereka yang berada di garda terdepan.

Tidak heran, paham jurnalisme konstruktif makin disuarakan keberadaannya. Jurnalisme konstruktif bukan sekadar good news is good news atau sekadar memproduksi lebih banyak berita positif, melainkan jurnalisme yang menciptakan lebih banyak pengetahuan. Dengan kata lain, pers tidak hanya menyuarakan informasi, tetapi juga ikut menginspirasi solusi..


Sumber :

https://www.kompasiana.com/suryadimaswatu/62030c41bb44861fa738d387/pena-lebih-tajam-dari-pedang-bahasa-itu-senjata-kata-adala-peluru-h?page=all#section2

https://id.wikipedia.org/wiki/Pena_lebih_tajam_daripada_pedang


Lidah Lebih Tajam daripada Pedang

PEPATAH “mulutmu harimaumu” atau ungkapan “lidah lebih tajam daripada pedang”, sudah banyak diketahui masyarakat di berbagai belahan dunia. Ucapan pedas dan menyakitkan yang diucapkan seseorang kepada orang lain melalui lisan atau mulut, tentu akan membekas dan tidak mudah hilang. Karena itulah muncul pepatah “mulutmu harimaumu”.

Jika seseorang terluka karena pedang, kemungkinan untuk sembuh bisa saja terjadi; tapi bagi orang yang terkena “lidah yang tajam” akan merasa sakit sepanjang hidupnya. Banyak orang menjaga lisannya agar tidak menjadi “mulutmu harimaumu”, apalagi jika kata-kata atau kalimat nylekit yang diucapkan seseorang, akhirnya menjadi “senjata makan tuan”.  Tapi pepatah dan ungkapan itu, pada zaman now ini, mulai tergeser dari “mulutmu harimaumu” menjadi “jari-jarimu harimaumu”.

Dengan ketukan lembut jari-jari di layar gadget atau papan keyboard komputer, dalam hitungan detik dunia bisa heboh. Masyarakat di suatu negara atau wilayah yang semula hidup tenang, sejahtera, dan bahagia; bisa saja menjadi beringas dan bahkan mengangkat senjata akibat “jari-jarimu harimaumu”. Perang antar-suku, antar-kampung,  antar-agama, antar-negara, dan antar-antar yang lain;  bisa saja meledak seketika, hanya gara-gara suatu tulisan atau berita yang belum tentu kebenarannya.

Kita semua tahu pada zaman serba digital ini, masyarakat dengan mudah memiliki alat komunikasi berupa handphone (HP). Bukan hal yang aneh, saat ini melihat seorang pedagang sayur,  pekerja galian kabel, atau pemulung barang-barang bekas bisa bertelepon-ria, ber-whatsapp, chatting, dan lain sebagainya menggunakan HP. Kondisi itu sangatlah langka beberapa puluh tahun lalu. Jangankan HP, telepon rumah yang menggunakan kabel saja waktu itu juga jarang yang memilikinya.

Tapi di era globalisasi dan mudahnya berkomunikasi, membuat masyarakat menggantungkan diri kepada HP. Alat komunikasi berupa HP itu mampu “mendekatkan” orang yang jauh dengan orang lain, karena komunikasi yang lebih mudah dan daya jangkaunya tidak terbatas. Tapi, gara-gara HP pula seseorang juga menjadi “jauh”, misalkan di dalam rumah; karena anggota keluarga itu sama-sama “sibuk” dengan HP-nya masing-masing, sehingga mereka jarang berkomunikasi dengan cara tatap muka. Jadi meski mereka dekat, tapi sebenarnya “jauh”.

Pada zaman now pula,  seseorang dengan mudah bisa mengakses berbagai informasi melalui HP. “Mbah” Google menjadi kunci bagi seseorang untuk mencari informasi yang diinginkan. Media sosial bermunculan dan menyemarakkan jagad maya. Bermuncullannya media sosial itu dibarengi dengan kreativitas masyarakat untuk memposting tulisan, cerita, dan lain sebagainya yang bisa langsung diakses oleh masyarakat lainnya. Tidak jarang tulisan-tulisan itu bernada jenaka, tapi tidak sedikit pula yang mengandung ujaran kebencian.


Jarimu sebaiknya untuk menulis hal-hal baik, memotivasi, menebar energi positif dan inspirasi kehidupan.

Disadari atau tidak, saat ini berkata dan berbicara telah menjadi salah satu bentuk komunikasi yang efektif. Banyak bentuknya, mulai dari mengobrol, mengeluarkan pendapat, berdebat, dan lain-lain.

Bahkan, belakangan, model berbicara ini telah mengalami inflasi kata-kata. Dengan begitu, kesimpulan tentang benar dan salah menjadi sangat absurd dan bias kepentingan. Ditambah lagi, eskalasi maraknya pengguna media sosial (medsos) makin masif.

Ada pepatah yang mengatakan: “mulutmu, harimaumu”. Pepatah ini menjelaskan pada kita agar selalu menjaga lisan kita ketika berbicara. Rasul pun memberikan nasihat dalam hadisnya: “Selamatnya manusia karena mampu menjaga lidahnya.” (HR Bukhari).

Atau hadis lain yang artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau (jika tidak bisa) lebih baik diam.” (HR Bukhari dan Muslim). Dua landasan hadis ini jelas mengingatkan agar berhati-hati dalam berbicara. Kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun!

Seiring dengan kemajuan teknologi, bentuk komunikasinya tidak lagi menggunakan mulut, tetapi jari jemari. Setiap orang rata-rata mempunyai ponsel, jadi kapan pun bisa bebas berkata lewat jari-jarinya.

Mulutnya diam, tapi jari-jarinya berkelana menulis status dan berkomentar atas status, baik lewat Twitter, Facebook, Instagram, dan lain sebagainya. Sayangnya, kebebasan ini minus kontrol dan tunaadab. Setiap orang bebas update status, bebas nge-twit, bebas berkomentar apa saja tanpa mempertimbangkan dengan siapa dia berhadapan. 

Allah SWT berfirman: "Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (QS an-Nisaa': 114).

Pembicaraan apa pun selama tidak ada unsur kebaikannya tidak perlu dilakukan, termasuk menulis atau komentar status di medsos. Ini adalah alarm bagi kita semua agar mampu menggunakan jari dengan sebaik-baiknya. 

Dalam riwayat lain, Rasullullah SAW bersabda: “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (HR Ahmad).

Artinya, diam di sini untuk menahan akibat yang lebih buruk jika disampaikan. Bukan diam karena abai dan tidak mau tahu. Karena itulah, tip paling sederhana agar kita mampu menjaga mulut dan jari kita adalah dengan latihan diam (silent exercise). Diam memang perlu dilatih. Dengan cara lebih banyak mendengar daripada berbicara. 

Kecerdasan mendengar (listening quotion) ini sebaiknya dilatih. Karena, mendengar itu sangat sulit bagi orang-orang yang sudah terbiasa bicara. Makanya, perlunya kita saling mengingatkan (QS al-Ashr: 3). Itu tugas kita semua.

Jarimu sebaiknya digunakan untuk menulis hal-hal baik, memotivasi, menebar energi positif dan inspirasi kehidupan agar makin banyak orang mendapatkan hikmah dan manfaatnya.

Jangan malah sebaliknya, digunakan untuk menebar fitnah dan hoaks (berita palsu). Karena, yang rugi pun kita sendiri bukan orang lain. Karena itu, hentikan sharing status-status provokatif!


Sumber :

https://www.ppal.or.id/opini/827/jari-jarimu-harimaumu/

https://www.republika.id/posts/14004/jarimu-harimaumu

Lepas dari Masalah

Bagaimana cara lepas dari suatu masalah. Kita analogikan bagaimana cara membersihkan sebuah ruangan yang terdapat 2 ekor kambing sehingga ruangan tersebut juga bau kambing.

Jika kita langsung membersihkan dengan menyapu dan mengepel serta memberi parfum, tetap saja bau kambing tidak akan hilang.

Sampai capek dan pegal pun bau kambing tidak akan hilang karena sumber bau, yaitu 2 ekor kambing masih berada di ruangan.

Langkah yang benar adalah kita keluarkan terlebih dahulu kambing yang berada di ruangan. Baru kemudian kita sapu dan pel ruangan tersebut dengan kesabaran dan ketekunan.

Dan lama-kelamaan ruangan tersebut akan terhindar dari bau kambing.

Digital Footprint

Mengelola Baik Jejak Digital

Jejak digital atau riwayat aktivitas kita di internet akan tetap tinggal, alias tidak akan benar-benar hilang meskipun sudah dihapus.


Bentuk Jejak Digital

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memaparkan, bentuk jejak digital sendiri bermacam-macam, bisa berupa riwayat pencarian, biasanya pada history search browser. 

Bisa juga berasal dari pesan teks dari aplikasi, foto dan video (termasuk yang sudah dihapus), tagging foto dan video dari orang lain, lokasi yang kita kunjungi, hingga persetujuan akses cookies dalam perangkat.

Juga termasuk unggahan foto, aktivitas berbagi pesan, mengunjungi laman situs, unggahan konten atau meninggalkan komentar, mengisi data pribadi, internet banking dan masih banyak lainnya. Data-data tersebut merupakan jejak digital yang tanpa sadar akan tersimpan secara abadi di internet.


Mengelola Jejak Digital

Agar terhindar bahaya jejak digital, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, di antaranya;

  • Posting hal positif seperti karya dan prestasi
  • Hindari posting data diri, kartu identitas, dan hal sensitif lain
  • Hindari menghujat, menghina, melecehkan seseorang di sosial media
  • Stop oversharing, pikir ulang sebelum posting
  • Hapus komentar atau riwayat buruk di sosial media
  • Hapus semua cookie
  • Cek nama di google, segera hapus informasi sensitif
  • Buat password unik dan berbeda pada tiap akun


Mengenal Jejak Digital dan Dampaknya

Di era digital ini hampir semua orang menggunakan internet untuk memudahkan dalam melakukan pekerjaan ataupun mencari informasi. Sehingga, setiap aktifitas yang dilakukan pastinya akan menimbulkan jejak digital. 

Jejak digital di internet bisa menjadi masalah yang besar, karena jejak digital ini mengandung informasi pribadi yang bisa saja berpotensi menimbulkan hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. 

Melalui artikel ini kamu akan diajak untuk mengenal lebih detail mengenai jejak digital dan dampaknya bersama INSTIKI, kampus IT, desain, dan bisnis terbaik di Bali dan Nusa Tenggara. 


Apa Itu Jejak Digital? 

Jejak digital merupakan segala informasi yang kamu tinggalkan di internet. Biasanya tanpa sadar pengguna internet akan meninggalkan jejak digitalnya. Jejak digital sangat mudah diakses oleh banyak orang dalam waktu yang singkat dan jejak digital hal yang paling sulit untuk dihapus. Maka dari itu, tindakan penyalahgunaan data lebih rawan dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 


Apa Saja Jenis-Jenis Jejak Digital? Jejak digital memiliki dua jenis yang harus kamu ketahui yaitu: 

Jejak Digital Aktif.

Jejak digital aktif merupakan infomasi yang secara sadar kamu bagikan di internet. Contoh jejak digital aktif yaitu: 

  • Konten unggahan
  • Direct message 
  • Komentar di media sosial 
  • Mengisi survey online
  • Mengirim email 


Jejak Digital Pasif. 

Jejak digital pasif yaitu informasi yang kamu tinggalkan di internet tanpa sadar atau data yang dikumpulkan secara otomatis oleh pihak lain tanpa sepengetahuan pemilik jejak digital. Adapun contoh dari jejak digital pasif yaitu: 

  • Riwayat browser
  • Alamat IP
  • Perangkat yang digunakan 
  • Aplikasi yang mengakses lokasi GPS kamu


Terus Apa Saja Dampak yang Akan Terjadi Ketika Kita Meninggalkan Jejak Digital? Adapun beberapa dampak dari jejak digital yaitu sebagai berikut: 

Memengaruhi Perspektif Seseorang. Ketika kamu melihat seseorang di internet apakah kamu pernah menilai orang tersebut bagaimana perilakunya di internet? Nah, jejak digital ini lah yang bisa memengaruhi bagaimana sudut pandang orang memandang kamu.

Menjadi Faktor Penentu Masuk Perguruan Tinggi dan Beasiswa. Seiring berkembangnya jaman hampir semua perguruan tinggi atau pun program beasiswa pastinya ingin mengetahui akun media sosial mahasiswa tersebut. Hal ini dapat menjadi sebuah faktor penentu apakah mahasiswa tersebut berhak untuk diterima atau tidak di perguruan tinggi atau pun mendapatkan program beasiswa.

Peluang Untuk Mendapatkan Pekerjaan. Selain perguruan tinggi dan program beasiswa, HRD juga akan mencari tau siapa orang yang akan direkrut, salah satunya dengan menelusuri akun media sosial si pelamar. Nah, jika akun media sosialmu tidak sesuai ekspetasi, bisa saja kamu gagal untuk direkrut lho.

Rentan Terhadap Keamanan Pribadi. Jika kamu sering menyebar data atau informasi pribadimu di internet, kemungkinan lebih besar kamu akan kena serangan cyber. Jadi, mulai sekarang kamu harus lebih hati-hati dalam menyebarkan data atau informasi pribadi di internet ya!

Tidak sedikit orang yang terlibat masalah akibat jejak digital lho. Tanpa kamu sadari kamu sering meningkalkan jejak digital di internet. Nah, mulai sekarang kamu harus lebih berhati-hati lagi ya!


Cara Menghapus Jejak Digital

Jika kamu merasa khawatir terhadap jejak digital yang kamu tinggalkan di internet, kamu mungkin akan berpikir untuk menghapusnya. Ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk menghapus jejak digital:


Hapus akun yang dimiliki

Banyak orang yang memiliki lebih dari satu akun di internet. Baik untuk akun sosial media, belanja online, bermain game, dan masih banyak lainnya. Ada kalanya, akun-akun tersebut dilupakan karena jarang digunakan. Untuk itu, kamu perlu memeriksa kembali apakah kamu memiliki akun lain, sebelum kamu menghapus jejak digital melalui akun yang kamu memiliki.


Nonaktifkan akun

Jika kamu tidak ingin menghapus akun, cara lain untuk menghilangkan jejak digital adalah dengan menonaktifkan akun. Beberapa media sosial memiliki fitur deactive yang dapat menonaktifkan sebuah akun secara sementara.

Perlu diingat jika menonaktifkan akun tidak sama dengan menghapus akun. Akun yang dinonaktifkan tidak akan bisa dicari, namun jejak digital yang ada di dalamnya masih tersimpan di internet.


Cari namamu di Google

Salah satu cara untuk menemukan jejak digital milikmu adalah dengan mengetikkan namamu di mesin pencari Google. Jika terdapat foto maupun postingan yang tidak kamu sukai, kamu bisa menghapusnya melalui sumber yang ada pada foto maupun postingan tersebut. Jika kamu tidak dapat menghapusnya, kamu dapat meminta bantuan Google Search Help.


Kelola pengaturan privasi

Beberapa media sosial memiliki fitur kelola privasi seperti private account. Kamu bisa memanfaatkan fitur tersebut untuk membatasi informasi yang kamu berikan di internet. Selain itu, kamu juga dapat mengelola pengaturan privasi pada web browser yang kamu gunakan, maupun pada website yang kamu kunjungi, sesuai dengan kebutuhanmu.


Batasi aktivitas di internet

Sulit untuk benar-benar menghapus jejak digital bagi seseorang yang sangat aktif berinteraksi di internet. Untuk itu, ada baiknya untuk tidak berlebihan saat menggunakan maupun membagikan informasi di internet.


Lindungi Jejak Digitalmu

Jejak digital adalah salah satu hal yang perlu dilindungi jika kamu ingin tetap aman saat berinternet. Kamu dapat memulainya dengan berhati-hati dalam beraktivitas online yang dapat menciptakan jejak digital, baik aktif maupun pasif.

Jika kamu sudah terlalu banyak membagikan informasi di internet, kamu bisa saja menghapus akun untuk menghilangkan jejak digital. Namun, jejak digital bisa saja tertinggal dan tidak sepenuhnya terhapus. Untuk itu, ingatlah untuk selalu bijak dalam berinternet agar mencegah potensi bahaya yang merugikan.


Sumber :

https://indonesiabaik.id/infografis/mengelola-baik-jejak-digital

https://instiki.ac.id/2022/12/04/mengenal-jejak-digital-dan-dampaknya/

Remaja sebagai Dewasa Muda

Masa remaja dimulai dari usia 10-18 tahun dan ada tiga tahapan perkembangan remaja. Pada masing-masing tahapan, anak remaja akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik, kognitif maupun emosi.”

Remaja adalah masa yang unik di mana seorang anak mulai beralih menjadi orang dewasa. Dimulai dari usia 10 tahun hingga 18 tahun, ada banyak perubahan dan perkembangan anak remaja yang akan terjadi.

Mulai dari perkembangan fisik, kognitif, perilaku, emosi hingga sosialnya. Yuk, simak tahapan perkembangan remaja lebih lanjut di sini!


Memasukki usia remaja, setiap anak akan mengalami banyak perubahan. Hal itu dialami oleh baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Perkembangan pada masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Masa remaja awal (usia 10-13 tahun)

Selama masa remaja awal, anak-anak akan mengalami perubahan fisik, kognitif, dan psikologis yang signifikan. Ini adalah masa peralihan di mana mereka mulai mengembangkan identitas dan berusaha membangun pertemanan dengan kelompok sebaya mereka.

Berikut beberapa perkembangan remaja yang khas di masa awal remaja ini:

Perubahan fisik

Anak-anak akan mengalami perkembangan fisik yang cukup besar dan minat seksual yang meningkat di masa ini. 

Sejumlah perubahan pada tubuh yang akan mereka alami, seperti tumbuhnya rambut di bawah lengan dan dekat kemaluan, perkembangan payudara pada wanita dan pembesaran buah zakar pada pria. Perubahan ini bisa dimulai sejak usia 8 tahun untuk perempuan dan usia sembilan tahun untuk laki-laki.

Anak perempuan juga akan memulai menstruasi mereka sekitar usia 12 tahun.

Perkembangan kognitif

Pada tahap perkembangan remaja awal, anak-anak cenderung egois dan merasa pemikirannya benar. Karena itu, orang tua perlu memberikan alasan atau argumen setiap kali memberi nasihat.

Selain itu, mereka juga mulai sadar dengan penampilan mereka dan khawatir tentang penilaian dari teman-teman sebayanya. Anak yang baru mulai beranjak remaja ini juga akan mengembangkan pemikiran moral yang lebih dalam.

Perkembangan emosi dan sosial

Jangan kaget bila anak praremaja ibu marah ketika ibu masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu atau dengan sengaja mengintip smartphone-nya. Hal itu karena pada masa remaja awal ini, anak-anak akan mulai menuntut privasi.

Mereka juga ingin mengeksplorasi bagaimana menjadi mandiri dan tidak bergantung pada keluarga mereka. Selain itu, mereka juga akan menjalin persahabatan yang dekat dengan teman sebayanya dan mendapatkan pengaruh dari teman-temannya. 


2. Pertengahan masa remaja (usia 14-17 tahun)

Memasuki pertengahan masa remaja, anak-anak akan terus mengalami pertumbuhan dan penemuan diri. Remaja pada tahap ini akan mengalami peningkatan intensitas emosional dan menghadapi tantangan baru saat tanggung jawab mereka mulai bertambah.

Berikut perkembangan remaja di masa pertengahan:

Perubahan fisik

Remaja laki-laki mungkin akan mengalami pertumbuhan yang pesat pada tahap ini dan suaranya akan pecah dan bertambah lebih berat. Sedangkan pertumbuhan remaja perempuan akan melambat pada masa ini dan sebagian besar dari mereka akan memiliki periode menstruasi yang teratur.

Ketertarikan pada hubungan romantis dan seksual biasanya dimulai pada masa ini. Agar lebih jelas, ketahui Perkembangan Fisik Remaja yang Perlu Diketahui.

Perkembangan kognitif

Otak mereka terus berkembang menjadi lebih dewasa dan berpikir secara abstrak dalam memecahkan masalah. Meski begitu, emosi masih sering mendorong anak-anak remaja ini dalam mengambil keputusan, sehingga mereka bisa bertindak berdasarkan dorongan hati tanpa memikirkan semuanya secara menyeluruh.

Perkembangan emosi dan sosial

Argumen dengan orang tua bisa meningkat saat anak remaja berjuang untuk lebih mandiri pada masa ini. Mereka juga akan lebih sedikit menghabiskan waktu bersama keluarga dan lebih banyak waktu bersama teman-teman mereka.

Pada tahap ini juga, tekanan dari teman sebaya bisa mencapai puncaknya dan penampilan diri menjadi penting.


3. Masa akhir remaja/dewasa muda (usia 18 tahun ke atas)

Masa remaja akhir menandai transisi menuju masa dewasa muda, di mana seorang anak akan semakin menyempurnakan identitas mereka dan membuat keputusan penting mengenai masa depan mereka. Tahap ini ditandai dengan peningkatan kemandirian dan pengembangan identitas pribadi dan sosial.

Perkembangan fisik

Pada masa ini, perkembangan fisik remaja biasanya sudah selesai dan sebagian dari mereka sudah tumbuh setinggi orang dewasa.

Perkembangan kognitif

Pada tahap ini, remaja sudah bisa mampu berpikir tentang ide-ide secara rasional, memiliki kontrol impuls (mengontrol perilaku dan emosinya) dan bisa mengesampingkan kepuasan diri, serta merencanakan masa depan.

Mereka juga memiliki rasa identitas dan individualitas yang lebih kuat dan bisa mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri

Perkembangan emosi dan sosial

Anak-anak remaja yang beranjak dewasa juga mengalami peningkatan kemandirian, stabilitas emosi, stabilitas dalam persahabatan dan hubungan romantis, dan mungkin juga menjalin “hubungan dewasa” dengan orang tua. Mereka mungkin memandang orangtua bukan sebagai figur otoritas, melainkan sebagai sahabat.

Itulah tahapan perkembangan remaja yang perlu orangtua ketahui.  Dengan begitu, ayah dan ibu bisa lebih siap dalam menghadapi perubahan anak remaja dan mencari cara efektif untuk mengatasinya. 


Dewasa Muda (Definisi, Aspek, Karakteristik, Tugas dan Perkembangan)

Dewasa awal atau disebut juga dewasa muda (adult) adalah masa transisi dari remaja ke beranjak dewasa (emerging adulthood), yaitu periode umur 20 sampai dengan 40 tahun, dimana dalam rentang usia ini individu mengalami masa transisi, baik secara fisik (physically trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition) (Santrock, 1999).

Salah satu tahapan perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang kehidupan manusia adalah dewasa muda, sebab seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan progresif secara fisik, kognitif, maupun psikososio-emosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan bijaksana. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru, maka dari itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa yang lain.

Menurut Hurlock (2012), seseorang dikatakan telah memasukkan dewasa awal apabila telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal, siap berproduksi, dan diharapkan telah memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor, serta dapat diharapkan memainkan peranya bersama dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Masa dewasa muda juga merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan diharapkan memainkan peran baru, keinginan-keinginan baru, mengembangkan sikap-sikap baru, dan nilai-nilai baru.

Seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau melibatkan kontak seksual. Peningkatan yang terjadi pada masa dewasa awal akan dimanifestasikan melalui berbagai macam hal, seperti sosialisasi yang luas, penelitian karier, semangat hidup yang tinggi, perencanaan yang jauh ke depan, dan sebagainya. Berbagai keputusan yang penting yang berkaitan dengan kesehatan, karier, dan hubungan antar pribadi juga akan dialami pada masa dewasa awal.


Transisi dari remaja menuju ke dewasa – yaitu antara usia 16-24 tahun – merupakan masa di mana seseorang berhadapan dengan banyak tantangan dan pengalaman baru.

Selain mulai memiliki legalitas hukum dan tanggung jawab yang meningkat, remaja di periode ini juga masih mengalami perkembangan biologis, psikologis, dan emosional – bahkan hingga usia 20an.

Riset yang kami lakukan tahun lalu terhadap 393 remaja berusia 16-24 tahun memperkuat asumsi di atas.

Riset kami juga mendukung temuan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization (WHO)) yang mengatakan 1 dari 4 remaja di usia ini menderita gangguan kesehatan jiwa.


Informasi akurat dan kredibel bagaikan oksigen yang menyehatkan kita.

Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari aktifnya hormon reproduksi, perkembangan otak yang terus berlangsung, serta pembentukan identitas diri mereka. Hal ini tentu dapat disertai ketidakstabilan emosi atau pengambilan keputusan yang sering kali impulsif.

Sedangkan, penelitian kami menemukan bahwa banyak remaja Indonesia di periode transisi ini mengalami tantangan beradaptasi terhadap kehidupan mereka yang mulai berubah, kesulitan mengatur waktu dan keuangan pribadi, serta mengalami peningkatan rasa kesepian saat belajar dan merantau di kota yang jauh dari tempat tinggal.


Usia 16-24 tahun adalah periode kritis

Riset di atas, yang dilakukan oleh tim Divisi Psikiatri Anak dan Remaja, Fakultas Kesehatan di Universitas Indonesia, mencoba untuk memetakan keresahan mental remaja di periode transisi 16-24 tahun dari seluruh Indonesia – terutama mahasiswa tahun pertama – melalui survey online.

Sebanyak 95,4% menyatakan bahwa mereka pernah mengalami gejala kecemasan (anxiety), dan 88% pernah mengalami gejala depresi dalam menghadapi permasalahan selama di usia ini.

Selain itu, dari seluruh responden, sebanyak 96,4% menyatakan kurang memahami cara mengatasi stres akibat masalah yang sering mereka alami.

Pada periode ini, misalnya, banyak remaja tiba-tiba harus menjelajahi lingkungan yang baru, lingkaran pertemanan yang semakin luas, tuntutan pendidikan atau karier yang semakin berat, hingga budaya yang bisa jadi sangat berbeda – disertai dengan berbagai masalah dan konflik yang kerap muncul dari berbagai perubahan ini.

Penyelesaian masalah yang paling sering mereka lakukan adalah bercerita pada teman (98,7%), menghindari masalah tersebut (94,1%), mencari informasi tentang cara mengatasi masalah dari internet (89,8%).

Namun, sebagian juga berakhir dengan menyakiti diri mereka sendiri (51,4%), atau bahkan menjadi putus asa serta ingin mengakhiri hidup (57,8%).

Berbagai masalah yang dalam masa transisi ini berisiko tinggi menjadi lebih buruk di kemudian hari apabila tidak ditangani dengan optimal.

Banyak remaja dan anak muda di usia 16-24 tahun menghadapi tentangan kehidupan karena faktor biopsikologis, lingkungan yang baru, dan pembentukan identitas diri. (Unsplash/Alex Ivashenko), CC BY


Tidak banyak yang mencari bantuan

Meskipun remaja periode transisi amat rentan mengalami masalah kesehatan jiwa, namun tidak banyak dari kelompok ini yang mengakses layanan kesehatan jiwa.

Kurangnya layanan kesehatan mental di Indonesia – hanya sekitar 0,29 psikiater dan 0,18 psikolog per 100.000 penduduk – juga membawa tantangan tersendiri.

Tapi, faktor lain yang juga menjadi penghambat, antara lain adalah layanan yang kurang sesuai dengan kebutuhan remaja di usia mereka.

Dalam studi yang kami lakukan, misalnya, para remaja mengatakan bahwa mereka mengharapkan layanan bantuan kesehatan mental yang menjamin kerahasiaan (99,2%), tidak menghakimi (98,5%), berkelanjutan untuk periode waktu tertentu (96%), serta dapat diakses online (84,5%).

Mereka juga merasa berbagai layanan yang ada diisi oleh tenaga profesional yang kurang ramah (99,2%) dan belum terbuka untuk mendengarkan segala permasalahan yang mereka alami (99%).

Stigma negatif tentang kesehatan jiwa yang berkembang di masyarakat, juga semakin menghambat remaja untuk mencari bantuan ke layanan kesehatan jiwa.

Beberapa remaja usia transisi, misalnya, mengatakan takut menceritakan ke orang tua atau orang terdekat bahwa mereka datang ke layanan kesehatan mental karena takut dianggap sebagai orang dengan gangguan jiwa berat atau “kurang iman”.

Selain itu, jawaban dari para responden kami juga mengindikasikan ada masalah kurangnya pengetahuan remaja usia transisi tentang masalah layanan kesehatan mental dan kemana mencari bantuan.

Padahal, pemahaman remaja di periode ini tentang kesehatan mental sangat penting agar mereka dapat mengidentifikasi masalah sejak dini, sehingga mendapatkan bantuan yang sesuai.

Meningkatnya ketahanan mental (resilience) seseorang pada periode ini akan berdampak positif tidak hanya terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan mereka, tapi juga keberhasilan mereka secara akademis, di lingkungan kerja, dan masyarakat.


Apa yang perlu dilakukan?

Oleh karena itu, perlu intervensi yang lebih baik untuk membantu para remaja di periode kritis ini agar dapat lebih mengenali masalah yang dihadapi, memahami cara mengatasi stres, serta membangun ketahanan mental.

Fasilitas kesehatan umum yang ada harus bisa memberikan perhatian dan dukungan lebih pada kesehatan remaja di usia transisi.

Utamanya, berbagai layanan ini harus bisa menjamin kerahasiaan, tidak menghakimi, dan terbuka mendengarkan masalah remaja di periode ini – apapun bentuknya.

Lembaga riset kesehatan mental anak muda Orygen di Australia, misalnya, menawarkan beberapa aspek penting yang harus dipenuhi layanan kesehatan mental.

Di antaranya adalah layanan yang inklusif, terbuka untuk berbagai kelompok dan beragam jenis keresahan, dan juga aktif melakukan kegiatan promosi dan pencegahan.

Institusi pendidikan tinggi tempat sebagian besar remaja usia transisi berada, juga harus bisa memberikan layanan konsultasi maupun kampanye pentingnya kesehatan mental pada para mahasiswa.

Kampus juga bisa semakin berperan dengan memasukkan muatan tentang kesehatan mental ke dalam kurikulum tiap program.

Di Inggris, Kanada, dan Finlandia, misalnya, terdapat sistem dukungan dan layanan kesehatan jiwa yang komprehensif bagi mahasiswa.

Ini melingkupi edukasi yang membekali mahasiswa baru tentang perubahan yang terjadi di usia transisi, adaptasi di perkuliahan, cara mengatasi stres dan masalah kesehatan jiwa, serta edukasi tentang pengenalan gejala gangguan jiwa dan cara mengakses layanan kesehatan jiwa.


Sumber :

https://www.halodoc.com/artikel/tahapan-perkembangan-remaja-usia-10-18-tahun-yang-perlu-diketahui

https://www.kajianpustaka.com/2021/09/dewasa-muda.html

https://theconversation.com/riset-usia-16-24-tahun-adalah-periode-kritis-untuk-kesehatan-mental-remaja-dan-anak-muda-indonesia-169658

Smart Teenager Jangan Sampai Kalah dengan Smart Phone

Definisi remaja ( Teen / Teenager ) adalah masa dimana manusia sudah melewati usia anak-anak namun belum masuk dewasa, Atau bisa dikatakan masa peralihan dari usia anak-anak menuju dewasa. 

Dalam pengertian remaja diatas, Manusia sudah tidak berada pada masa anak-anak namun juga belum masuk kategori dewasa. Ini terjadi pada saat manusia berusia 10 tahun atau 11 tahun sampai usia 21 tahun atau 22 tahun.

Jadi pada masa atau usia tersebut diatas, Manusia sedang tumbuh atau berkembang untuk menjadi orang dewasa dari anak-anak. Inilah yang disebutkan oleh beberapa ahli bahwa remaja merupakan masa transisi dari usia anak-anak menuju kedewasaan.

Remaja merupakan masa transisi. Disebut transisi karena adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana terjadi pertumbuhan signifikan baik fisik, alat reproduksi, hormon, otak sehingga memengaruhi perkembangan kognisi, emosi, komunikasi dan relasi sosial. Terjadi perbedaan masa remaja yang dialami remaja dulu dengan remaja masa kini. Remaja masa kini hidup dalam kemajuan teknologi khususnya internet yang sangat pesat. Remaja masa kini adalah remaja yang hidup dengan internet. Mereka bergaul akrab dengan gadget.

Kemajuan ini tentunya banyak membawa pengaruh kepada remaja. Kemajuan internet selain membawa dampak positif namun membawa dampak negatif. Selain mendengar kabar tentang hebatnya prestasi yang diukir remaja saat ini namun banyak pula kabar tidak enak yang diberitakan tentang remaja yang bermasalah akibat tidak cerdas dalam bergadget. Remaja bukan saja sebagai generasi penerus bangsa, juga merupakan penerus kaum dan keluarga yang tentunya diharapkan menjadi suatu kebanggaan.

Untuk menyelamatkan masa depan remaja sebagai generasi penerus, mereka perlu diedukasi secara intensif untuk meningkatkan pemahaman mereka secara komprehensif baik dalam hal tanggung jawab, tugas dan peran mereka. Salah satu bentuk edukasi yang perlu diberikan kepada remaja adalah literasi digital yakni pengetahuan dan kecakapan pengguna memanfaatkan internet dalam bermedia digital (bergadget).

Diharapkan remaja sebagai pengguna gadget menjadi Smart Teenager yang memiliki kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkan gadget  dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya.

Teenager atau usia remaja, biasanya berkaitan erat dengan kenakalan remaja, yaitu pelanggaran norma, aturan dan hukum dalam masyarakat. Faktanya, hari ini remaja kita banyak yang terjerumus pada hal-hal semisal narkoba, tawuran, seks pra nikah, aborsi dan masih banyak lagi perilaku menyimpang lainnya.

Seolah usia remaja menjadi momok yang mengerikan untuk sebagian orang, bahkan bagi masyarakat. Indikasi yang disebut menjadi penyebab kenakalan remaja adalah krisis identitas, lemahnya kontrol diri hingga faktor keluarga dan perceraian orang tua.

Ilmu pengasuhan di pasaran banyak mengajarkan kepada orang tua untuk menjaga anak-anaknya agar terhindar dari kenakalan remaja dengan berbagai kegiatan. Misalnya, berolahraga, melakukan berbagai aktivitas ekstrakurikuler musik, tari dan sebagainya.

Hal tersebut dianggap sesuai dengan tahap perkembangan fisik dan emosi anak. Tak hanya itu, kadang orang tua dituntut untuk dapat mengalihkan dorongan seksual anak remajanya juga dengan aktivitas fisik berupa olahraga.

Terlepas dari cara tersebut bekerja atau tidak, orang tua perlu waspada terhadap perkembangan teknologi. Karena perkembangan mental anak berada dalam genggaman mereka. Apa yang anak-anak lihat akan mempengaruhi pemikiran dan tentunya pemikiran mendorong lahirnya perilaku.

Peristiwa terdekat yang mampu kita lihat adalah efek setelah penayangan film Dilan, Say I Love You, Dua Garis Biru dan semisalnya. Bila dilihat dari adegan film Dilan misalnya, banyak adegan negatif yang dipertontonkan, seperti pacaran secara terbuka, perkelahian dengan guru dan sesama pelajar.

Konten yang ditayangkan cenderung memicu rasa penasaran remaja hari ini untuk ikut melakukan hal serupa. Hal ini terjadi juga karena standar baik dan buruk, sukses atau tidak bersandar pada orang-orang tenar seperti aktor dan aktris.

Sungguh miris bangsa kita hari ini. Tontonan yang harusnya menjadi tuntunan sekaligus teladan tak mampu kita dapatkan. Padahal dalam peradaban Islam, tokoh-tokoh penggerak perubahan berasal dari golongan  muda, 7 diantara sahabat Rasullulah الله عليه وسلم صلى adalah para pemuda yang usianya dibawah 30 tahun termasuk di dalamnya adalah remaja.

Mereka dibalut oleh keimanan dan ketakwaan serta pengetahuan yang mumpuni dalam membangun negara. Tak hanya itu, generasi muda muslim juga memiliki kepribadian yang unik dan bermartabat.

Jika Indonesia didominasi oleh generasi muda muslim yang bertakwa, bukan tidak mungkin bangsa ini dapat menjadi negara berprestasi dan mampu membangun peradaban yang unik seperti yang dicontohkan Rasul dan para sahabat. Maka, sepertinya perlu menstandarkan kepribadian remaja Indonesia pada standar Islam.

ZAMAN now istilah yang sudah sering kali menggema di telinga.  Sudah viral sekali akhir-akhir ini. Khususnya di Indonesia. Kendati demikian, istilah zaman now yang ditayangkan, tak sesuai dengan aturan-aturan Islam yang ada. Para pemuda menjadi incaran, para remaja menjadi buram. Problematika publik tengah merasakan riuhnya pembahasan mengenai anak muda zaman sekarang, atau istilahnya zaman now, semua media sosial baik cetak maupun elektronik seperti menertawakan suramnya masa depan mereka.

Melihat hal demikian, rasanya sangat ironis sekali peran pemuda dan pemudi merasa kehilangan sosok karakter yang sebenarnya. Kebobrokan moral yang terus menerus menggerogoti para remaja. Generasi muda menjadi salah, merasa ditelanjangi oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Bukannya malah memotivasi melainkan meracuni para penerus bangsa saat ini. Khususnya para pemuda dan pemudinya. Sejatinya ini merupakan pengaruh budaya-budaya barat yang sengaja untuk membunuh karakter para pemuda dan remaja Indonesia saat ini. Jadi sangat mungkin untuk menghancurkan pemuda Islam khususnya melalui pemuda dan remajanya. Mereka hanya perlu terus dihasut supaya menyimpang dari aturan Islam yang ada.

Hari demi hari, tahun demi tahun, terus saja terjadi perubahan yang sangat signifikan. Dekadensi moral yang terjadi di kalangan pemuda Islam semakin mengkhawatirkan. Kemurnian ajaran Islam yang dulu sangat disakralkan sekarang terkesan biasa saja. Ini menjadi tugas kita bersama untuk membangun kembali peradaban yang lebih baik, khususnya para pemuda dan remaja Islam untuk menjadi lebih baik. Karena pemuda merupakan aset bangsa kita untuk meneruskan generasi selanjutnya atau yang akan datang. Bagaimana kalau seandainya peradaban saat ini berkaca terhadap zaman now yang menggambarkan tidak senonoh terhadap pemuda dan remaja saat ini. Tidak bisa dibayangkan apabila penerus seperti demikian menjadi penerus bangsa kita. Bisa hancur dunia ini, apabila hal tersebut bisa terjadi kalau tidak sesuai dengan aturan aturan Islam yang ada. Coba kita renungkan sejarah abad terdahulu generasi muda Islam yang sangat luar biasa.

Supaya menjadi teladan terbaik untuk semua umat Islam khususnya para pemuda dan remaja. Catatan-catatan sejarah, di mana Islam selalu mampu melahirkan generasi-generasi hebat dambaan umat, yang walau di usia belia telah mampu menorehkan tinta emas dalam sejarah, mengharumkan nama Islam, dan membuat Islam memenangkan peradaban. Merekalah yang dengan ribuan pemuda dan remaja lainnya  memperjuangkan dan mendakwahkan Islam dengan dorongan iman, menghabiskan waktunya siang dan malam untuk kepentingan Islam, hingga kini kita tetap mampu mereguk manisnya iman dan damainya Islam saat ini.

Mari tengok kembali kisah Usamah bin Zaid yang diangkat oleh Rasulullah menjadi komandan pasukan kaum muslimin dalam penaklukan Syam padahal baru berusia 18 tahun. Atau kisah Imam Syafi’i yang telah hafal Alquran di usia 9 tahun, serta Ibnu Sina yang telah hafal Alquran di usia 5 tahun bahkan kemudian mampu menjadi bapak kedokteran dunia. Tentu kita tidak akan lupa kisah heroik Muhammad Al Fatih sang penakluk Konstantinopel yang mampu menjadi sultan di usia muda. Juga, kisah Zaid bin Tsabit yang dengan gagah berani berjihad di usianya yang baru 13 tahun. Kemudian diperintahkan untuk menghimpun wahyu di usia 21 tahun.

Itulah generasi muda militan Islam terdahulu yang gaungnya masih terdengar sampai saat ini. Apakah tidak mungkin, jika kita menyamai prestasi gemilang yang telah mereka ukir di zamannya? Tentunya sangat mungkin untuk kita bisa menyamai mereka. Dengan cara berkomitmen dan berusaha, serta bersungguh-sungguh untuk menyamai mereka sebagai pemuda yang telah mengharumkan nama Islam di zamannya. Apabila hal demikian bisa dicapai dan dilakukan khususnya di Indonesia menjadi sangat luar biasa untuk bisa mengharumkan bangsa Indonesia.


Sumber :

https://www.anakmandiri.org/2023/08/04/pendidikan-literasi-digital-untuk-remaja-smart-teenager-smart-gadgets/

https://remajanew.blogspot.com/2015/01/Definisi-arti-pengertian-remaja.html

https://smkswadayaglobalschool.sch.id/read/10/islam-dan-remaja-masa-kini

Bahasa sebagai Penentu dan Pembeda Kelas

BAHASA

Salah satu tips adalah kita harus pandai-pandai berbahasa. Tidak hanya sekedar pandai berbahasa, sekali lagi adalah kita harus pandai-pandai berbahasa. Karena bahasa adalah penentu dan pembeda kelas. Janganlah menggunakan bahasa dan cara bicara yang membuat orang baik tidak tertarik kepadamu. 

Jika engkau menginginkan kehidupan dan pilihan belahan jiwa yang lebih berkelas, berbahasalah yang lebih baik.

Bahasa ini tidak hanya berkaitan dengan segala kata yang kita ucapkan secara lisan, namun juga bahasa yang kita tuangkan dalam tulisan. Jaga hati, jaga pikiran, jaga mulut dengan jari jarimu, karena mulutmu harimaumu.


Bahasa dapat bervariasi berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi bahasa yang terkait dengan tingkat dan kedudukan (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosakata, seperti kata mati untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat. 

Di Bali, misalnya masyarakat yang memiliki kasta brahmana mengunakan kata “ngajeng” untuk aktivitas makan, sedangkan masyarakat sudra menggunakan kata “medaar” untuk aktivitas makan.


Bahasa kromo inggil dan kromo ngoko menurut Suwardi Endrawara ialah :

Kromo Inggil adalah bahasa yang digunakan dalam bahasa Jawa yang digunakan oleh seorang yang memiliki derajat dan status sosial rendah terhadap orang yang memiliki derajad dan status sosial yang lebih tinggi dengan tujuan untuk menghormati, sedangkan Kromo Ngoko ialah bahasa yang digunakan dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk strata sosial masyarakat umum atau oleh seorang bangsawan dan orang terhormat kepada bawahannya.

Pemakaian Bahasa Jawa, ada tingkatan pokok yang menjadi landasan dalam menerapkan dalam memakai bahasa tersebut. Yaitu bahasa Jawa kromo, madya, dan ngoko. Dimana bahasa Jawa Ngoko dianggap memiliki tingkat kesopanan berbahasa yang rendah yang biasanya digunakan oleh raja kepada rakyatnya atau priyayi kepada wong cilik (orang kecil), atau yang lebih mudahnya adalah orang tua kepada anak yang lebih muda.

Kemudian, sedikit yang lebih tinggi dari bahasa ngoko adalah madya, dimana bahasa ini digunakan dalam perbincangan pada tingkat menengah.


Menurut E.M. Uhlenbeck Bahasa Jawa Krama :

Kata Jawa Krama biasanya dipakai dalam buku tata bahasa Jawa untuk menyatakan substitusi sejumlah kata yang dahulu hanya boleh dipakai bila seorang pembicara menyapa seseorang yang menurut norma Jawa mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Dewasa ini, dimana hubungan sosial menjadi semakin kompleks sehingga status sosial para pemakai bahasa sukar untuk ditetapkan, bentuk ini juga dipergunakan dalam kasus dimana pembicara mempunyai kedudukan sosial yang sama atau bahkan yang lebih tinggi daripada lawan sapanya.

Biasanya digunakan oleh orang yang memiliki kedudukan atau usia yang setara. Dan yang dianggap paling tinggi dalam bahasa Jawa adalah bahasa kromo inggil, dimana bahasa kromo ini dianggap bahasa yang memiliki tingkat kesopanan paling tinggi yang biasanya digunakan oleh anak muda terhadap orang yang lebih tua dengan maksud sebagai pengungkapan sikap hormat.

Bahasa ngoko mencerminkan makna tak berjarak atau tak berjarak antara penutur atau seseorang yang mengajak berbicara dengan mitra tutur atau seseorang yang diajak berbicara. Makna tersebut mengisyaratkan adanya tingkat keakraban hubungan. Sehubungan dengan maknanya, maka fungsinya adalah untuk menunjukkan sifat hubungan yang akrab antara penutur dengan mitra tutur, sedangkan bahasa Kromo Inggil mencerminkan makna hormat antara penutur dengan mitra tutur.

Adapun makna tingkat tutur madya yaitu memiliki makna sedang. Pihak yang tingkat sosialnya lebih rendah, cenderung menggunakan tingkat bahasa yang lebih tinggi dalam berbicara, yaitu menggunakan bahasa kromo. Sedangkan pihak yang tingkat sosialnya lebih tinggi cenderung menggunakan tingkat bahasa yang lebih rendah, yaitu bahasa ngoko. Kromo Inggil yang menunjukkan adanya tingkatan kelas sosial seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dalam menggunakan bahasa mencerminkan kesopanan dan tata krama dalam pribadi seseorang tersebut.


Sumber :

https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2018/07/variasi-bahasa-bagian-kedua/

https://blog.unnes.ac.id/putriafra22/2017/12/03/perubahan-sosial-masyarakat-jawa-dalam-hal-bahasa-jawa/

https://journal.iaialhikmahtuban.ac.id/index.php/ijecie/article/download/36/35/

Thursday, August 31, 2023

Penyakit Rasa

Bersabar adalah kunci dari ridha Allah. Bahkan saat kita bersabar, Allah akan mengutus malaikat untuk membela ketidakbenaran. Sabar adalah ketahanan mental-spiritual. Dan syarat agar bisa menguasai ilmu sabar kita harus memiliki ketahanan jiwa dan kekayaan mental-spiritual.

Dan dengan menambah waktu untuk beribadah maka kita akan menjadi orang yang lebih tenang dan selalu bersabar.

Orang yang tidak mengenal Allah, akan mudah dan rentan stres. Karena saat orang tersebut memiliki masalah, maka dia tidak memiliki Dzat yang dapat dijadikan sandaran dan tempat mengadu. Lalu orang tersebut akan merasa sendiri, galau, bingung, khawatir dan ketakutan.

Selain sabar, kita juga perlu ikhlas. Ikhlas adalah sadar, rela, menerima dan berserah diri. Ilmu ikhlas harus datang dari diri sendiri dan bukan merupakan sebuah paksaan. Ikhlas adalah pangkal dari kejujuran spiritual serta sekaligus mengakui Allah sebagai penguasa. Sadar bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini karena Allah.

Selain ikhlas dan sabar, kita juga perlu menghindari penyakit hati, yaitu diantaranya adalah marah, iri hati dan dendam. Orang yang memiliki dendam akan dapat merugikan diri sendiri. Jika kita tidak segera memaafkan yang menyakiti kita, maka akan justru semakin menyakiti diri kita sendiri.

Penyakit hati akan membuat rugi kita sendiri, selain juga dibenci oleh Allah. Untuk menghilangkan penyakit hati, kita dapat menetralisirnya dengan berpuasa.


Sumber :

https://potretbuku.blogspot.com/2023/05/ya-allah-maaf-saya-tidak-ada-waktu.html

Olah Rasa

Olah Raga, Olah Pikiran, Olah Jiwa dan Olah Hati

Dalam tubuh manusia ada 4 hal yang perlu diperhatikan dan diseimbangkan agar dapat hidup seimbang dan bahagia, yaitu maka manusia perlu memperhatikan dan mengolah empat unsur yang ada di manusia yaitu Raga, Pikiran, Jiwa dan Hati.


Raga

Raga perlu senatiasa diasupi makanan yang bergizi, agar tumbuh dan berkembang serta mempunyai kebiasaan berolahraga supaya raga atau tubuh menjadi lebih sehat, lebih kuat dan tumbuh dengan sempurna.


Pikiran

Belajar merupakan proses perubahan sebagai hasil dari pengalaman atau latihan dengan interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.


Jiwa

Jiwa perlu asupan dari sesuai perkembangan usia seperti moral, budi pekerti dan keimanan, sesuai dengan semboyan ‘dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat’.


Hati

Rasa atau hati perlu memiliki kepekaan kepada rasa di dalam diri sendiri maupun rasa karena efek dari eksternal, akan membentuk Rasa lebih tajam terhadap hal-hal yang dirasakan Raga dan Jiwa. Rasa semakin peka akan menjadikan manusia lebih tenggang rasa kepada manusia lain, masyarakat dan dunia.


Sumber :

http://www.taufanyanuar.com/2019/03/olah-raga-olah-pikiran-olah-jiwa-dan.html

Empat Level Rasa & Hati

LEVEL 01

Tertarik

Perasaan pada pandangan pertama, bukanlah cinta, karena itu hanya sedang tertarik saja. Tertarik merupakan perasaan paling dasar yang kemungkinan akan menghantarkan kita pada tingkat kekaguman. Ketertarikan bersifat sementara, dan bisa hilang dalam waktu yang cepat.

Rasa tertarik biasanya muncul paling pertama kali. Perasaan itu biasanya menyelip muncul ketika kamu tidak sengaja melihat atau menemukan sesuatu. Rasa tertarik ini adalah perasaan yang paling mendasar sebelum kamu bisa merasa kagum sama seseorang. Kalau kamu nggak tertarik sama seseorang, kamu nggak mungkin mendekati atau mencari tahu hingga bisa kagum, bahkan hingga suka, sayang dan cinta sama seseorang. Waktu kamu tertarik, ada satu hal kecil dari diri seseorang yang membuatmu ingin mengenal dia lebih jauh lagi.

Setiap orang memiliki daya tarik yang hanya dianggap menarik oleh seseorang atau sebagian orang saja. Misalnya nih, mungkin kelebihanmu adalah orang yang straight to the point. Bagi sebagian orang mungkin hal itu bukan hal yang menarik dan menyenangkan, tapi mungkin buat seseorang atau sebagian orang, mereka melihatnya sebagai daya tarikmu.

Rasa tertarik ini mudah sekali untuk pudar, apalagi bila tidak dibarengi dengan kemauan untuk mengenal orang itu lebih dalam lagi. Dengan frekuensi pertemuan dan interaksi yang minim, rasa tertarik itu mungkin akan mengapung di sana. Menjadi sekadar rasa tertarik, tanpa bisa bertumbuh menjadi rasa kagum.


Kagum

Setelah ada rasa tertarik, kemudian dilanjutkan proses yang relatif sering, selanjutnya tumbuh rasa kagum, dikarenakan yang bersangkutan mempunyai kelebihan dan layak dijadikan pujian. Rasa kagum bersifat sementara dan bisa hilang. Kagum hanya menghantarkan pada kesenangan, sisi menarik dan baik saja, tapi tidak pada hal keburukan. Namun kekaguman juga bisa jadi benih cinta. 

Kagum adalah perasaan positif dan enggak harus menuntut berlanjut ke perasaan cinta. Walaupun seringkali saat kita beneran cinta sama seseorang, kita akan melalui perasaan ini. Saat kagum, kita merasa tertarik dengan orang tersebut dan seringkali menghabiskan waktu bersama. Kenangan-kenangan bersamanya selalu berkesan dan menempel di pikiran kita. Bahkan saat seseorang enggak sengaja menyebut nama orang yang kita kagumi ini, kita langsung bisa mengingat kenangan-kenangan itu dan merasa senang.

Rasa kagum itu bisa muncul kapan saja, dimana saja, sama siapa saja dan biasanya muncul setelah rasa tertarik muncul. Rasa kagum nggak terbatas hanya sama lawan jenis, tapi kamu juga bisa kagum sama temanmu yang sesama jenis. Rasa kagum biasanya muncul setelah kamu tertarik sama seseorang. Kamu jadi kagum karena orang itu memiliki kelebihan yang menurutmu menarik.

Contohnya nih, kamu bisa saja kagum sama cowok yang cakep dan tampan atau cewek berparas cantik dan anggun , kamu bisa juga kagum sama pemain gitar yang baru kamu lihat di konser, walau kamu nggak kenal siapa orang itu atau pun bagaimana kebiasaannya sehari-hari setelah kamu tertarik melihat permainan gitarnya yang lihai. Kamu juga bisa saja kagum dengan temanmu yang baru selesai presentasi dengan flawless dan berhasil meyakinkan dirimu serta seisi ruangan bahwa pemikirannya itu super keren.

Biasanya, rasa kagum ini sifatnya sementara. Ketika kamu menemukan seseorang yang dapat membuatmu berdecak kagum lebih keras, maka rasa kagummu pada orang yang lama bisa saja hilang. Tapi ingat lho, guys, rasa kagum itu juga benih dari cinta, yang kalau disirami secara rutin dan teratur bisa bertumbuh.

Bedanya kagum sama rasa lainnya? Saat kamu mengagumi seseorang, kamu akan selalu memperhatikan sisi atau kulit luarnya. Kamu hanya sebatas senang dengan apa yang ia lakukan dan ketika ada sisi buruk dari dirinya yang kamu temukan, rasa kagummu juga bisa hilang. Ketika seseorang itu tidak mencapai ekspektasimu, maka ucapkan sampai jumpa dengan orang itu.


Naksir 

Naksir adalah kondisi ketika kita merasa tertarik kepada seseorang. Hanya saja, naksir sering dilalui saat kita mengalami cinta monyet. Naksir digolongkan ke dalam short-term feeling yang artinya sering enggak berlangsung lama. Naksir adalah merasa senang kalau punya kesamaan terhadap sesuatu. Gejalanya seringkali menulis puisi, cerpen, melukis  atau selalu memikirkan orang itu. Pokoknya mau ngapa-ngapain ingetnya orang itu doang.


LEVEL 02

Suka

Setelah ada rasa kagum, seiring berjalananya waktu, pelan-pelan kita akan mulai menyukai seseorang. Perasaan tersebut bisa semakin tebal hingga kita merasa butuh untuk menjadikan dia sebagai milik kita seorang saja. Rasa suka terkadang egois, karena kita memaksakan untuk berubah menjadi sosok yang kita sukai dan ingini tanpa melihat perbedaan fakta yang ada.

Mirip seperti naksir, perasaan suka diawali dengan rasa tertarik pada seseorang. Dalam proses suka, kita sering mencari-cari kecocokan, karena di kondisi ini kita memikirkan seseorang tersebut punya potensi memiliki hubungan yang lebih dengan kita. Lucunya, saat suka kita masih punya kemungkinan ilfil dengan target kita ini. Misalnya dia enggak sengaja kentut, terus bau banget dan kita jadi ilfil. Itu sering banget kejadian. Sering telponan sama gebetan terus dia bilang, “Lo dulu aja yang nutup telepon.” Well, itu adalah salah satu tanda dia suka sama kita. 

Ketika kamu sudah tertarik dan kagum sama seseorang, lama kelamaan kamu bisa suka sama orang tersebut. Bagaimana bisa? Tidak ada penjelasan ilmiah di balik pernyataan ini tapi, satu hal yang penulis pegang pasti. Bila rasa kagum itu terus bertambah setiap waktunya, maka lama kelamaan secara tidak sadar, rasa suka bisa bertumbuh juga. Mungkin awalnya kamu kagum karena sifatnya yang super pengertian. Kamu heran karena ternyata di dunia ini masih ada sosok yang bisa mengerti dirimu yang memang mudah panik. Setiap hari ada saja yang membuatmu kagum, kamu membuka lapis demi lapis hal yang menarik tentang dirinya dan secara tidak sadar, kamu suka padanya.

Kamu ingin dia jadi milikmu. Kadang rasa suka itu sifatnya egois karena secara tidak sadar, kita menuntut orang lain untuk tetap berlaku seperti yang telah dia lakukan sebelumnya. Melakukan hal-hal yang membuat kita suka padanya. Kadang di tahap suka ini, kamu merasa sudah mengenal orang itu sepenuhnya. Tapi pada kenyataannya, masih banyak ‘sisi lain’ dari orang itu yang belum kamu ketahui. Kenyataannya, banyak orang yang setelah tahu ‘sisi lain’ tersebut, mereka memutuskan untuk mundur dari medan pertempuran.


Terobsesi

Terobsesi adalah kondisi saat pikiran kita hanya dipenuhi oleh orang ini. Kita bakal berupaya untuk memenangkan perhatiannya dengan cara apapun. Mulai dari nge-chat tiada henti setiap harinya, telepon, hingga terus-terus nge-mention dia lewat media sosial. Saat terobsesi dengan seseorang, kita juga jadi cenderung mengontrol dan memberi tekanan terhadap hidup mereka serta bakal ketakutan kalau lepas kontrol dari orang tersebut.


Infatuation

Infatuation atau perasaan tergila-gila memiliki kondisi yang hampir sama seperti saat kita naksir seseorang. Bisa dibilang infatuation adalah perasaan naksir yang sudah memuncak. Kita selalu pengin terus menghabiskan waktu dengan orang tersebut dan merasa nyaman kalau dia ada di sekitar kita. Hanya saja, dalam tahap infatuation kita tidak bisa memutuskan untuk beneran menyayangi orang tersebut dan terus-terusan bimbang untuk berkomitmen. Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya infatuation bakal luntur dengan sendirinya bersamaan dengan hilangnya rasa tertarik kita pada orang tersebut.

Nafsu adalah kondisi saat seseorang menginginkan hasrat dalam hal seksual. Saat berkomunikasi, seringkali diisi dengan chat yang sangat flirty. Kondisi nafsu hanya dipenuhi dengan keinginan untuk berinteraksi secara fisik saja, sementara seseorang dengan kondisi ini bakal ketakukan kalau beneran memiliki perasaan suka.


LEVEL 03

Cinta

Berbagai macam perasaan akan berujung pada cinta. Cinta yang tulus tidak berharap balasan, Jika hati ada cinta, maka kita akan melakukan apa untuk membuat dia bahagia. Cinta bukan sekedar ucapan. Kita akan mulai merasakan berbagai macam tantangan, tentang bagaimana beratnya memperjuangkan hubungan.

Cinta adalah kondisi ketika kita benar-benar merasa menyayangi dengan perasaan tulus dan dalam. Mood kita akan sering berubah-ubah tapi perhatian yang kita berikan termasuk unconditional, alias tulus tanpa syarat. Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang kita cintai ini lebih dari sekadar chattingan, tapi sudah berinteraksi dengan ngobrol langsung dan diskusi yang berisi. Cinta juga enggak melulu harus dirasakan antara kita dengan gebetan atau pacar, tapi juga kepada orang tua dan keluarga.

Ketika kamu sudah bertemu cinta, kamu juga akan bertemu dengan yang namanya pengorbanan. Karena tidak ada cinta yang benar-benar nyata di dunia ini tanpa pengorbanan. Jangan langsung percaya ketika seseorang berkata, “Aku cinta padamu” karena kalau dia tidak menunjukkannya lewat tindakan nyata (sebuah pengorbanan), maka semuanya sia-sia.

Ketika kamu merasakan cinta, kamu akan (bahkan wajib) memberikan 100 persen dari yang kamu miliki. Ketika kamu tahu apa yang namanya cinta, kamu tidak akan menuntut dia memberikan balasan. Mengapa? Alasannya ada dua. Pertama, karena kamu cinta pada orang itu dan cinta tidak menuntut. Kedua, karena cinta tidak menuntut, cinta hanya mengharapkan. Kamu akan menunggu, walau kadang kamu tahu penantianmu bakal sia-sia.

Cinta dalam level ini meski tidak menuntut, namun hanya mengharapkan. Kamu akan menunggu, walau kadang kamu tahu penantianmu bakal sia-sia.

Kamu akan tetap memperhatikannya, walau kamu tahu dia memperhatikan orang lain. Kamu tetap memandangnya, walau kamu tahu di bola matanya ada sosok lain yang ia dambakan. Karena cinta berada di kasta paling tinggi, tidak heran tantangannya juga sangat besar.

Kamu yang mengerti cinta, berarti kamu juga mengerti ketika seseorang menjadi duniamu. Seakan-akan, dia jadi gravitasi yang selalu membuatmu jatuh berulang-ulang. Walau ada rasa sakit, tapi kamu indahkan karena dialah yang menjadi pusat duniamu.


LEVEL 04

Sayang

Rasa sayang adalah suka yang berlipatganda, hasil akumulasi dari suka serta keinginan untuk memiliki, rasa ingin bersama, hingga tak ingin jauh dari sisinya. Tidak sekedar dari penampilan luarnya saja, tapi juga kekurangannya. Sehingga timbul dorongan untuk menyatakan rasa.

Rasa sayang ini porsinya lebih besar dari rasa suka. Kalau di depot-depot, bisa dibilang rasa sayang itu porsi jumbo. Rasa sukamu sudah terakumulasi dan kini berubah menjadi rasa sayang. Rasa ingin memiliki, rasa ingin menghabiskan waktu bersama. Kamu bisa dibilang sayang seseorang saat kamu sadar ingin bertemu dengan dirinya setiap hari karena kamu senang dan nyaman di sisinya.

Kamu merasa sayang padanya saat kamu melihat dia dari hatimu, bukan sekadar kulit luarnya saja. Kamu tahu sifat-sifat jeleknya dan berusaha untuk menemukan solusi untuk dirimu pribadi dan juga dirinya. Ketika kamu sayang seseorang, kamu bakalan berusaha supaya kalian berdua bisa bersatu, saling memiliki selamanya. Sebisa mungkin kamu akan menjadi yang terbaik untuknya dan berharap dia juga akan menjadi yang terbaik untuk dirimu. Secara tidak langsung, ada tuntutan walau kesannya lebih halus dan rapi.

Ini dia nih kasta tertinggi dari perasaan seseorang di dunia. Sayang adalah cinta yang akan terbukti tulus tanpa syarat.

Karena cinta jenis ini (level 4), misalnya orangtua kepada anak bukan dinilai sebagai pengorbanan terhadap anak, karena tidak seperti jenis cinta (level 3) yang menuntut balasan terhadap apa yang mereka telah berikan. 

Namun di level ini kita tidak akan menuntut dia memberikan balasan. Karena kamu cinta dan cinta tidak menuntut. 


Sumber :

http://www.taufanyanuar.com/2014/05/tertarik-kagum-suka-sayang-dan-cinta.html

https://cewekbanget.grid.id/amp/06868002/perbedaan-naksir-suka-kagum-cinta-terobsesi-dan-nafsu-yang-harus-kita-tahu?page=all

https://www.idntimes.com/life/relationship/azka/kamu-perlu-tahu-apa-bedanya-tertarik-kagum-suka-sayang-dan-cinta?page=all

Sunday, June 4, 2023

Lebih cepat, Lebih baik, Sedikit beda

“Sedikit lebih beda itu, jauh lebih baik daripada sedikit lebih baik.”


Untuk unggul bisa memilih 3 hal : 

Lebih cepat, Lebih baik, Sedikit beda


@tendakonsultan

Saturday, May 20, 2023

Konsisten dan Persisten


Kunci sukses ada 2, yaitu konsisten dan persisten

konsisten = sesuai dengan rencana

persisten = gigih atau daya tahan yang kuat

Mengetahui Kapan Harus Pergi

Pentingnya Melepaskan di Waktu yang Tepat Dalam hidup, ada momen-momen di mana kita harus berani mengambil keputusan untuk pergi. Baik itu d...