Sendiri, bagi sebagian orang, adalah kesepian. Tapi bagi jiwa-jiwa yang telah berdamai dengan dirinya sendiri, kesendirian justru adalah rumah—tempat paling aman, paling jujur, dan paling damai untuk kembali pulang.
Dalam hiruk-pikuk dunia yang terus menuntut kita untuk tampil, terhubung, dan sibuk, kita sering lupa bahwa ada ruang di dalam diri yang sepi tapi menenangkan. Ruang itu tidak membutuhkan validasi, tidak mencari sorotan, dan tidak takut akan penilaian. Di sana, kita bisa menjadi apa adanya—tanpa topeng, tanpa tekanan, tanpa pura-pura. Di sanalah rumah itu berada: di dalam kesendirian.
Sendiri bukan berarti kesepian. Kesepian adalah rasa kehilangan, tapi sendiri adalah ruang untuk menemukan. Menemukan suara hati yang selama ini tenggelam dalam keramaian. Menemukan luka yang selama ini dipoles agar tampak baik-baik saja. Menemukan mimpi-mimpi kecil yang dulu pernah ada, tapi terabaikan karena terlalu sibuk mengejar yang dianggap "harus".
Sendiri adalah kesempatan untuk mengenal diri lebih dalam. Untuk duduk diam dan bertanya: apa yang benar-benar aku inginkan? Apa yang membuatku damai, bukan hanya senang sesaat? Siapa diriku saat tak ada yang melihat?
Ketika kita mulai merasa nyaman dalam sunyi, ketika kita bisa menikmati makan sendirian tanpa merasa kasihan pada diri sendiri, ketika kita bisa tertawa pada hal-hal kecil tanpa harus membagikannya ke siapa pun—itulah tanda bahwa kita telah menjadikan kesendirian sebagai rumah, bukan penjara.
Rumah, bukan berarti selalu ramai. Rumah adalah tempat pulang, tempat beristirahat, tempat menyembuhkan diri. Dan tak ada rumah yang lebih aman dari hati yang telah menerima bahwa sendiri bukanlah kekurangan, tapi bentuk kedewasaan.
Jadi, jika suatu saat kamu merasa sendiri, jangan buru-buru menganggapnya sebagai kegagalan dalam relasi sosial. Bisa jadi, itu adalah momen yang diberikan semesta agar kamu belajar menjadi rumah bagi dirimu sendiri. Karena sebelum mencintai orang lain, kita harus tahu rasanya dicintai diri sendiri. Dan sebelum menjadi rumah bagi orang lain, kita harus lebih dulu merasa nyaman tinggal dalam diri kita sendiri.
Sendiri, ternyata, bukanlah akhir. Ia adalah awal dari perjalanan pulang. Pulang ke tempat yang paling utuh: ke dalam diri sendiri.
No comments:
Post a Comment